Polusi Udara di Dalam Rumah Dapat Sebabkan Kematian pada Anak-anak

4 Mei 2023, 17:49 WIB
Polusi udara di dalam rumah dapat sebabkan kematian pada anak-anak. /Pixabay/Victoria_Watercolor

PR DEPOK - Salah satu aktivitas menarik di dalam rumah adalah memasak di dapur. Dengan memasak di dapur selain kita dapat makan menu baru dan enak, juga dapat menurunkan kadar depresi dari luar rumah.

 

Namun, memasak di dapur meninggalkan bau yang kurang menyenangkan di dalam rumah. Beberapa bahan makanan yang meninggalkan timbal bau tidak enak adalah ikan goreng, cabai, atau makanan hangus dan lainnya.

Sisa bau dari memasak di dapur dalam rumah termasuk kategori sebagai polusi udara dan berbahaya bagi kesehatan anak-anak, bahkan menyebabkan kematian kepada anak-anak.

Ketua Satuan Tugas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed., Sp.A(K) mengatakan bahwa kondisi polusi udara di dalam ruangan memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan anak-anak dan bahkan dapat berujung pada kematian.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Leo, dan Virgo Jumat, 5 Mei 2023: Buatlah Rencana untuk Jangka Panjang

Menurutnya salah satu penyebab polusi dalam rumah adalah dampak dari aktivitas memasak di dalam rumah dengan rendahnya akses udara bersih.

Ini terbukti dengan 2,4 juta anak-anak di seluruh Indonesia pada 2020 terpapar polusi dalam rumah.

"Polusi di dalam ruangan bersumber dari produk memasak menggunakan kerosin di rumah yang tidak memiliki ventilasi dengan baik," kata Taufiq secara virtual dikutip oleh PikiranRakyat.Depok.com dari ANTARA, Kamis, 4 Mei 2023.

Namun, asal-usul polusi udara dalam rumah, bukan sebatas dari bau makanan yang dimasak, melainkan dari bahan bakar yang digunakan dalam aktivitas memasak.

Baca Juga: Kapan Bansos PKH Berupa BLT Ibu Hamil Tahap 2 Cair? Simak Jadwalnya dan Cara Cek Penerima di Sini

Salah satu material bahan bakar kerosin yang lazim digunakan dalam aktivitas memasak adalah minyak tanah, sedangkan bahan bakar pada lainnya adalah batubara arang dan kayu bakar.

Menurut taufiq, kita perlu mewaspadai kondisi seperti itu karena berdasarkan data UNICEF material bahan bakar tersebut berkontribusi terhadap rusaknya kesehatan anak sebanyak 3,2 juta kematian bayi prematur pada 2019.

"Ini kelihatannya sepele, memasak lalu asapnya terperangkap dalam rumah, kemudian terhirup oleh bayi dan berisiko terjadi kematian dengan komplikasi saluran pernapasan dan sebagainya," ujarnya.

Polusi udara dalam rumah imbas dari pembakaran dalam rumah juga menjadi pemicu darui 237 angka kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Baca Juga: Upaya Mengurai Kemacetan hingga 30 Persen, Pemprov DKI Jakarta Berencana Susun Konsep Jam Kerja Jadi Dua Sesi

Ditambah lagi, di Indonesia rumah-rumah tinggal dalam satu provinsi memiliki akses udara yang heterogen, dalam artian tidak semua rumah ventilasi yang baik.

Menanggapi konteks itu, Taufiq menyarankan langkah-langkah sederhana adalah membuka jendela dan ventilasi rumah agar asap buangan dari aktivitas masak tersebut tidak stagnan dalam rumah.

Selain itu, perlu juga menjauhkan anak-anak dari sumber asap. Sedangkan untuk menekan polusi di luar rumah adalah dengan mengganti perangkat teknologi dengan tenaga surya.***

Editor: Tesya Imanisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler