Studi Terbaru: Orang yang Lama Mengidap Covid-19 Ternyata Berisiko Terkena Demensia

- 13 September 2021, 11:15 WIB
Ilustrasi pria mengalami demensia.
Ilustrasi pria mengalami demensia. /geralt/Pixabay

PR DEPOK – Baru-baru ini pakar mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukkan sejumlah orang yang pulih usai cukup lama mengidap Covid-19 ternyata rentan terkena demensia atau penurunan dua fungsi otak.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Straits Times, kasus terkena demensia ini terungkap pasca beberapa orang terus melaporkan  bahwa mengalami penurunan konsentrasi, kesulitan memori, dan masalah kognitif lainnya usai pulih dari Covid-19.

Terkait hal ini, para ahli mulai mengkhawatirkan bahwa orang yang lama mengidap Covid-19 pasca pulih berisiko mengalami demensia bertahun-tahun kemudian.

Baca Juga: Cara Dapat Bantuan Tunai PKL dan Warung, dengan 3 Syarat Bisa Terima Rp1,2 Juta

Bahkan para ahli tidak memungkiri bahwa demensia bisa menyerang orang lebih awal dari kategori umur yang semestinya.

Alzheimer's Disease International (ADI), sebuah federasi asosiasi Alzheimer di seluruh dunia, baru-baru ini telah membentuk kelompok kerja para ahli global untuk mempelajari dan menangani risiko terkena demensia bagi pasien yang pulih dari Covid-19, karena pandemi Covid-19 secara langsung mendorong lonjakan kasus demensia.

Maka dari itu, penelitian mendesak soal hubungan antara Covid-19 yang lama dan demensia harus dilakukan.

Baca Juga: PBB Butuh Dana Tambahan Lebih dari Rp8,52 Triliun untuk Cegah Krisis Kemanusiaan di Afghanistan

Dr Atri, direktur Banner Sun Health Research Institute, sebuah fasilitas penelitian besar tentang penyakit Alzheimer dan gangguan terkait penuaan di Arizona mengatakan bahwa ia telah melihat beberapa kasus di mana perubahan terkait demensia terjadi dengan sangat cepat, termasuk pada orang-orang yang memiliki gejala ringan Covid-19.

Menurut Dr Atri,  Covid-19 dapat memperburuk proses ini dan mempercepat penurunan kognitif, dan kemudian demensia.

"Covid-19 mungkin masuk dan justru memperburuk kognitif seseorang," kata Dr Atri.

Maka dari itu, ia menyarankan agar orang bisa segera mendapatkan vaksinasi Covid-19 segera mungkin.
National Centre for Infectious Diseases (NCID) Singapura saat ini sedang mengeksplorasi efek neuropsikologis dan kognitif jangka panjang dari Covid-19 pada orang yang memiliki Covid-19 ringan hingga parah.

Baca Juga: Komentari Harta Kekayaan Sejumlah Pejabat yang Meningkat di Masa Pandemi, Gus Umar: Ironi di Indonesia

Dr Barnaby Young, seorang konsultan di NCID, mengatakan beberapa pasien Covid-19 mengalami kabut otak, kelelahan, dan insomnia, meskipun mereka biasanya pulih seiring waktu dan kebanyakan orang tidak akan memiliki konsekuensi jangka panjang.

Sementara itu, Associate Professor Philip Yap, konsultan senior di departemen kedokteran geriatri Rumah Sakit Khoo Teck Puat, menunjukkan sebuah penelitian baru-baru ini yang diterbitkan pada bulan Juli di eClinical Medicine.

Dari salah satu pasien yang tujuh bulan terpapar Covid-19, ditemukan bahwa disfungsi kognitif menjadi salah satu gejala yang paling umum.

“Mengingat banyaknya pasien Covid-19, meningkatnya kerentanan orang tua terhadap Covid-19 dan demensia, dan pengamatan gejala kognitif pasca-Covid, ada kekhawatiran bahwa Covid-19 dapat mempercepat penurunan kognitif dan meningkatkan prevalensi penyakit. Disfungsi kognitif dan demensia berikutnya di tahun-tahun mendatang," kata Prof Yap.

Baca Juga: Akui Rocky Gerung Hebat dan Otaknya Jenius, Gus Umar: kalau Dia 1 Kubu dengan Ngabalin Pasti Jadi Mendikbud

Sebagai informasi, demensia adalah istilah umum untuk gangguan kemampuan mengingat, berpikir atau membuat keputusan yang menghambat kehidupan sehari-hari seseorang.

Demensia umumnya terjadi akibat penyakit seperti Alzheimer dan cedera yang memengaruhi otak, dan kebanyakan menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x