Selain itu, responden lain yang tidak mengalami menstruasi, termasuk pria transgender dan wanita pascamenopause, dan mereka yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang, juga mengalami pendarahan yang tidak biasa.
Responden telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson atau vaksin lain yang telah disetujui di luar Amerika Serikat.
Para peserta juga mengatakan tidak ada dari mereka yang tertular Covid-19 sebelum diinokulasi atau perpindahan mikroorganisme baik ke bakteri.
Baca Juga: Update Kecelakaan Maut Cibubur: Belasan Orang Dinyatakan Meninggal Dunia
Studi tersebut, dikabarkan yang terbesar dari jenisnya hingga saat ini dan tampaknya menguatkan temuan survei sebelumnya yang lebih kecil.
Namun, para peneliti menunjukkan bahwa perubahan yang diamati pada siklus wanita hanya bersifat sementara, dan sama sekali tidak boleh digunakan untuk mempertanyakan kemanjuran dan keamanan vaksin Covid 19 secara keseluruhan.
"Saya pikir hal ini penting, untuk orang tahu ini bisa terjadi, jadi mereka tidak takut, tidak terkejut, dan tidak tertangkap 'bocor' di area celana tanpa persediaan pembalut, jika sudah di vaksin dan jarak mens tidak sesuai dengan tanggal," ucap Katharine Lee, salah satu penulis studi tersebut.
Kemudian, dirinya memperingatkan bahwa menunda proses vaksinasi bahkan selama beberapa minggu bukan merupakan ide yang baik untuk wanita.
Para penulis dan peneliti mengatakan mereka berharap lebih banyak transparansi seputar efek samping vaksin Covid-19. Sehingga dapat membantu mengurangi keraguan dan ketakutan terhadap masyarakat, karena kurangnya info seputar efek vaksin bagi setiap orang.***