PR DEPOK - Menjalankan ibadah puasa dengan nyaman dan lancar tentu saja menjadi dambaan bagi umat Islam. Namun, bagi seseorang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, menahan lapar dan haus dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri, misalnya bagi penderita maag dan GERD.
Penderita maag dan GERD bisa tetap menjalankan ibadah puasa dengan memperhatikan sejumlah hal penting. Selain itu, pada dasarnya ibadah puasa dapat mengurangi keparahan maag atau GERD.
Maag, atau dalam bahasa medis disebut sebagai dispepsia, merupakan suatu sindrom yang memiliki gejala khas seperti rasa tidak nyaman, mual, nyeri, muntah, kembung dan cepat kenyang. Di antara gejala tersebut, bisa menjadi semakin parah di mana asam lambung bisa naik ke kerongkongan, kondisi semacam ini disebut Gastroesophageal reflux disease (GERD).
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo dr. Muhammad Firhat Idrus, SpPD, K-GEH menjelaskan, menjalankan ibadah puasa dapat mengurangi keparahan dari maag atau GERD karena makan di waktu yang sama setiap harinya. Hal tersebut terungkap pada beberapa penelitian.
“Mungkin yang seringkali tercetus maagnya adalah saat awal puasa yang tadinya makan tiga kali sehari jadi dua kali sehari, tapi setelah itu gejalanya malah akan mengalami perbaikan,” kata Firhat dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, 12 Maret 2024, seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara.
Dia mengatakan, ibadah puasa “memaksa” seseorang makan dengan teratur di jam yang sama yakni ketika buka puasa dan makan sahur. Hal semacam ini justru dapat memperbaiki gejala maag atau GERD.
Dengan pola makan teratur, maka asam akan keluar dari lambung di jam yang tepat dengan asupan makanan yang cukup sehingga tidak akan menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman.