Pertama Kali dalam Sejarah, UEA Resmi Tempatkan Duta Besar di Israel

2 Maret 2021, 15:12 WIB
Ilustrasi pusat kota di Israel. /Walkerssk/Pixabay

PR DEPOK – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menerima duta besar dari Uni Emirat Arab (UEA), pada Senin, 1 Maret 2021.

Momen ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah kedua negara setelah penandatanganan perjanjian bilateral yang dilakukan sebelumnya.

Duta Besar UEA, Mohamed Al Khaja tiba di Israel pada Senin pagi waktu setempat dan menyerahkan surat kepercayaannya kepada Presiden Israel, Reuvan Rivlin dalam upacara di Yerusalem.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 2 Maret 2021, Andin Curiga Al Sembunyikan Suatu Hal Darinya

UEA merupakan negara pertama yang setuju untuk menjalin hubungan diplomatik penuh dengan negara Isreal di bawah Perjanjian Abraham, sebuah perjanjian yang didanai oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.

Perjanjian tersebut menjadikan UEA sebagai negara ketiga di Timur Tengah yang menjalin hubungan resmi dengan Israel.

Sebelumnya, 2 negara dari kawasan yang sama, resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, yakni Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.

Baca Juga: Apresiasi Jokowi Cabut Perpres Miras, Shamsi Ali: ke Depannya, Masalah Berkaitan Agama Dikaji dengan Ulama

Khaja berharap langkah ini menjadi misi bersejarah, dan hubungan bilateral antara UEA dan Israel dapat berlangsung dengan sukses.

Khaja mengatakan, bahwa dia sangat bangga dan hormat menjadi duta besar UEA pertama untuk Israel.

“Misi saya di sini adalah untuk membina dan mengembangkan hubungan ini. Kami berharap ini akan membawa keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat Timur Tengah,” tutur Khaja, seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Vocket.

Baca Juga: Jokowi Cabut Izin Investasi Miras Usai Dikritik Sana-sini: Mardani Ali: Terima kasih Pak!

Sebelumnya, normalisasi hubungan diplomatik negara Timur Tengah dengan Israel, tidak hanya dilakukan oleh UEA.

Ada 3 negara Timur Tengah lain yang juga melakukan normalisasi  hubungan diplomatik dengan Israel, yakni Bahrain, Sudan, dan Maroko. Ditambah satu negara di kawasan lain, yakni Bhutan.

Langkah yang diambil pada tahun 2020 tersebut, tampak menjadi kado pahit bagi Palestina.

Baca Juga: Studi Sebut Tentara Inggris Lebih Takut Temui Dokter Gigi daripada Terjun ke Medan Perang

Seban, dengan langkah kelima negara yang berdamai dengan Israel, justru menandakan pengakuan resmi terhadap kedaulatan negara Yahudi tersebut.

Langkah yang diambil kelima negara tersebut menjadi pukulan telak bagi inisiatif perdamaian yang diimpikan oleh rakyat Palestina.

Terutama kesepakatan negara-negara Timur Tengah atau Arab dengan Israel itu dipandang sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina dan rakyatnya.

Baca Juga: Yakin Harun Masiku Masih di Indonesia, KPK: Kecuali Dia Keluar Lewat 'Pintu-pintu' yang Tidak Terdeteksi

Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Bassam al-Salhi mengatakan, normalisasi hubungan diplomatik negara-negara Arab dengan Israel tidak bisa diterima.

Menurutnya, normalisasi hubungan diplomatik itu akan meningkatkan sikap agresif Israel dan penolakannya atas hak-hak rakyat Palestina.

Kesepakatan tersebut, lanjut Bassam, juga bertentangan dengan Resolusi Konferensi Tingkat Tinggi Arab dan Prakarsa Perdamaian Arab yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Palestina.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Vocket

Tags

Terkini

Terpopuler