Buntut Serangan Kapal Tanker Minyak di Lepas Pantai Oman, Israel Tuduh Iran sebagai Dalang

31 Juli 2021, 19:25 WIB
Foto ilustrasi kapal tanker.* /PIxabay /Astrid Schmid

PR DEPOK - Para pejabat Israel menyalahkan Iran atas serangan terhadap sebuah kapal tanker minyak milik pengusaha Israel Eyal Ofer, Zodiac Maritime.

Sejalan dengan itu, pejabat Amerika Serikat juga memiliki keyakinan yang sama dengan Israel bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal yang terjadi di lepas pantai Oman, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Monitor pada Sabtu, 31 Juli 2021.

Namun, salah satu media lokal Israel melaporkan Zodiac Maritime, perusahaan milik Ofer yang berbasis di London, dengan menggambarkan insiden itu sebagai dugaan pembajakan.

Baca Juga: BSU 2021, BPJS Ketenagakerjaan Telah Serahkan 1 Juta Data dari Estimasi 8,7 Juta Penerima BLT Subsidi Gaji

Diketahui dua awak, seorang warga negara Inggris dan Rumania, tewas dalam serangan itu. Orang Inggris itu adalah penjaga keamanan, sedangkan awak kapal Rumania adalah kapten kapal.

"Perhatian utama kami tetap keselamatan dan kesejahteraan semua orang di kapal dan semua yang terkena dampak situasi. Rincian insiden akan segera ditetapkan, dan penyelidikan atas insiden tersebut saat ini sedang berlangsung," Zodiac Maritime mengumumkan dalam sebuah pernyataan.

Berbicara dengan syarat anonim, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan bahwa Israel yakin Iran berada di balik serangan terhadap kapal tersebut, mengutip serangan serupa di masa lalu.

"Ini adalah serangan teror Iran yang menewaskan dua orang tak bersalah, merugikan pelayaran internasional," tegas pejabat itu.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo 2020: Anthony Ginting vs Chen Long dan Cordon vs Axelsen

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menegaskan dengan mengatakan kepada mitranya dari Inggris bahwa insiden ini memerlukan tanggapan yang keras dan tegas.

"Iran bukan hanya masalah Israel, tetapi pengekspor terorisme, perusakan dan ketidakstabilan yang merugikan kita semua. Dunia tidak boleh diam menghadapi terorisme Iran yang juga merugikan kebebasan pelayaran," kata Lapid dalam pernyataannya.

Tanggapan Amerika Serikat

Dilaporkan oleh seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya menyatakan bahwa kemungkinan itu adalah ulah 'drone bunuh diri' yang digunakan untuk melakukan serangan itu.

Pernyataan pejabat itu muncul setelah laporan sebelumnya dari perusahaan intelijen maritim swasta Dryad Global merujuk pada penampakan pesawat tak berawak yang melibatkan kapal sebelum serangan.

Pemberontak Houthi yang didukung Iran dan Yaman di Teheran telah menggunakan drone bunuh diri di masa lalu, pesawat tak berawak yang sarat dengan bahan peledak yang meledak dengan sasaran.

Menurutnya, Amerika Serikat tengah mencari bukti kuat dan konklusfi mengenai keterlibatan Iran dalam serangan terhadap kapal tanker minyak milik perusahaan Israel itu.

Baca Juga: Syarat dan Panduan Daftar BST 2021, Beserta Cara Cek Penerima BST Plus Beras 10 Kilogram

Kapal-kapal lain yang terkait dengan Israel telah menjadi sasaran dalam beberapa bulan terakhir juga di tengah perang bayangan antara kedua negara, dengan pejabat Israel menyalahkan Republik Islam Iran atas serangan tersebut.

Lain sisi, Israel telah dicurigai dalam serangkaian serangan besar yang menargetkan program nuklir Iran. Iran juga melihat kapal perang terbesarnya baru-baru ini tenggelam secara misterius di dekat Teluk Oman.

Ketegangan meningkat di kawasan Teluk sejak Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran pada 2018 setelah Presiden Donald Trump saat itu menarik Washington dari kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan negara-negara besar.

Washington menyalahkan Iran atas sejumlah serangan terhadap pengiriman di perairan Teluk yang strategis, termasuk pada empat kapal, dua di antaranya tanker minyak Saudi, pada Mei 2019. Iran secara tegas menolak tuduhan itu.

Dalam beberapa bulan terakhir, Iran dan Israel telah bertukar tuduhan penyerangan atas kapal satu sama lain.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler