Dampak Gelombang Panas dan Kekeringan, Korea Utara Alami Krisis Pangan Mengerikan

6 Agustus 2021, 11:16 WIB
Ilustrasi bendera Korea Utara. /Pixabay/Chickenonline./

PR DEPOK - Korea Utara telah merilis cadangan beras militer mereka untuk mengatasi krisis pangan di negara itu akibat gelombang panas dan kekeringan melanda pasokan makanan.

Hal itu disampaikan oleh Badan intelijen nasional (NIS) Korea Selatan pada rapat komite parlementer tertutup dengan mengatakan tetangganya itu memasok beras yang disediakan untuk keperluan masa perang.

Sementara politisi Korea Selatan lainnya yang juga mengutip dari NIS mengungkapkan bahwa Korea Utara tengah kehabisan stok biji-bijian.

Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 7,07 Persen, Arief Poyuono: jika Covid-19 Gak Mengganas Lagi, Q3 Bisa Kisaran 8-9 Persen

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Independent, gelombang panas dan kekeringan dilaporkan telah memusnahkan padi, jagung dan tanaman lainnya serta membunuh ternak.

Dikabarkan, Krisis pangan di Korea Utara juga diperburuk oleh salah urus ekonomi selama bertahun-tahun.

NIS mengatakan pandangan kepemimpinan Korea Utara memerangi kekeringan sebagai masalah eksistensi Kim Jong Un dan berfokus pada peningkatan kesadaran publik akan kampanyenya.

Baca Juga: Akui Kini Takut dengan Aziz Gagap, Nunung: Nggak Pernah Dijawab WA-ku

Diyakini para pemimpin Pyongyang menginginkan sanksi internasional yang melarang ekspor logam dan impor bahan bakar olahan dan kebutuhan lainnya dicabut sebelum memulai kembali pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat.

Terbaru, Korea Utara dan Korea Selatan pekan lalu telah sepakat untuk membuka kembali hotline komunikasi yang terputus tahun lalu karena hubungan yang memburuk antara kedua negara.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberlakukan berbagai sanksi terhadap Korea Utara karena mengejar program nuklir dan rudal balistiknya yang bertentangan dengan resolusi PBB.

Baca Juga: Ashanty Akan Jalani Pengobatan di Malaysia, Orang Tua Atta Halilintar: Nanti Tinggal di Tempat Kita

Diketahui sebelumnya, Pyongyang telah melakukan enam uji coba nuklir sejak 2006 dan uji coba rudal yang mampu menghantam Amerika Serikat.

Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh dunia internasional dan penutupan perbatasan dengan China akibat pandemi Covid-19 telah memperparah krisis pangan di Korea Utara.

Korea Utara diperkirakan telah menghasilkan sekitar 4,4 juta ton biji-bijian tahun lalu, sekitar 240.000 ton lebih rendah dari tahun sebelumnya, menurut Institut Pengembangan Korea, sebuah lembaga pemikir Korea Selatan yang dikelola negara.

Baca Juga: Megawati Pertanyakan dari Mana Asalnya Kodok, Rizal Ramli: Mbak Mega kalau Nyindir Halus Banget tapi Jleb

Dikatakan negara komunis itu biasanya membutuhkan setidaknya 5,7 juta ton makanan untuk memberi makan 26 juta penduduknya. Ini berarti kekurangan pangan yang diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,3 juta ton pada tahun ini.

Akibatnya harga biji-bijian telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir, dengan harga jagung diduga naik setidaknya 22 persen.

Harga beras, hasil panen terpenting di Korea Utara, naik dua kali lipat awal tahun ini, sempat stabil pada Juli lalu melonjak lagi, NIS melaporkan.

Baca Juga: Komedian Nunung Jarang Tampil di Televisi, Sule: Nanti Kita Bikin Program Lagi lah

Lebih jauh, krisis tersebut bahkan tidak menyelamatkan warga Pyongyang yang kaya. Mereka dilaporkan berhenti menerima jatah makanan April lalu.

Etnis Tionghoa, yang memiliki koneksi kuat melintasi perbatasan dengan China dan telah menggunakannya untuk mengamankan pasokan makanan, berjuang untuk mempertahankan apa yang mereka butuhkan untuk menangkal krisis.

Dalam sebuah laporan pada bulan Juni, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan impor tidak mungkin cukup untuk menutup kesenjangan pangan, yang bisa setara dengan pasokan makanan lebih dari dua bulan.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Beredar Kabar Pemilik KTP Elektronik Akan Dapat Bantuan Rp600.000, Simak Faktanya

Selama pertemuan penting partai yang berkuasa pada bulan Juni lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendesak para pejabat untuk menemukan cara untuk meningkatkan produksi pertanian.

Kwon Tae-jin, seorang ahli di GS&J Institute swasta di Korea Selatan, mengatakan krisis Korea Utara akan berlanjut hingga panen jagung, beras, dan biji-bijian lainnya pada bulan September dan Oktober mendatang.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Independent

Tags

Terkini

Terpopuler