Kekhawatiran Perubahan Iklim, Aktivis Muda Lingkungan Salah Pemimpin Dunia: Tiga Puluh Tahun, Bla Bla Bla

29 September 2021, 12:20 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. /Pixabay/blende12.

PR DEPOK - Kekhawatiran soal perubahan iklim semakin memburuk terlebih lagi setelah sebuah laporan PBB pada Agustus lalu.

Dalam laporan tersebut, PBB telah memperingatkan bahwa situasi perubahan iklim saat hampir tidak terkendali.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari RNZ, ribuan aktivitas muda telah berkumpul di Milan pada pekan ini dengan sekitar 400 dari 190 negara, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.

Baca Juga: Segera Login Dashboard www.prakerja.go.id untuk Info Pembukaan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 22

"Para pemimpin dunia telah memilih anak-anak muda ke pertemuan seperti ini untuk berpura-pura mendengarkan kita, tetapi sebenarnya mereka tidak," ujarnya dalam pembukaan acara Youth4Climate.

"Tidak ada planet B. Perubahan tidak hanya mungkin tetapi perlu, tetapi tidak jika kita terus seperti yang kita miliki sampai hari ini," tutunya melanjutkan.

Dilaporkan, para aktivis muda berkumpul dan terlibat dengan pembuat kebijakan dengan bertujuan untuk menuntaskan proposal pada solusi.

Baca Juga: Novel Baswedan Cs Diduga Akan Tolak Tawaran dari Kapolri tuk Jadi ASN Polri, Mustofa: Mereka Serba Salah

Para aktivis muda berjani untuk mengatasi masalah lingkungan. Mereka ditantang untuk membantu memberikan solusi menjelang KTT PBB COP26 November mendatang.

Sekadar informasi, KTT PBB Cop26 sendiri bertujuan untuk mengamankan aksi iklim yang lebih ambisius dari hampir 200 negara menandatangani Perjanjian Paris 2015.

Sebanyak 200 negara telah setuju untuk mencoba membatasi pemanasan global yang disebabkan manusia hingga 1,5 derajat Celcius.

“Generasi muda perlu mulai terlibat dalam negosiasi yang sebenarnya,” kata Rose Kobusinge, delegasi pemuda dari Uganda.

Baca Juga: Respons Isu PKI yang Masuk ke TNI, Hilmi Firdausi: Jangan Sinis kepada Orang yang Waspada Kebangkitan PKI

Pada KTT pra-COP26, sekitar 50 menteri iklim akan mengatasi rintangan, termasuk perbedaan pandangan tentang kecepatan transisi dan siapa yang akan menanggung beban.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: RNZ

Tags

Terkini

Terpopuler