PR DEPOK - Pandemi virus Covid-19 hingga kini masih menjadi ancaman.
Setelah terjadi lonjakan kasus, kini varian baru Covid-19 mulai bermunculan di sejumlah negara.
Salah satu varian baru Covid-19 yang tengah menyebar yakni varian Omicron.
Meski diklaim lebih menular, WHO mengungkapkan bahwa kasus kematian akibat varian baru Covid-19 Omicron masih belum ditemukan.
WHO juga menekankan bahwa varian Delta masih menjadi fokus dalam memerangi pandemi saat ini.
Saat konferensi pers, Christian Lindmeier mengatakan kepada para wartawan bahwa WHO masih mengumpulkan bukti tentang varian baru yang ditemukan pada Afrika Selatan pada 11 November dan diberi nama Omicron.
“Jangan lupa bahwa varian dominan saat ini masih Delta. Omicron mungkin sedang populer dan kami mungkin akan sampai ke titik di mana (Omicron) mengambil alih sebagai varian dominan,” katanya.
Lebih lanjut Lindmeier menyatakan bahwa dunia perlu melindungi diri terhadap varian Delta.
Sejak Covid-19 pertama kali, WHO telah mengonfirmasi bahwa telah terjadi 263 kasus dan 5,22 juta lebih kematian secara global.
“Semakin banyak negara yang terus memburu dan terus memeriksa orang-orang dan secara khusus mencari varian Omicron, kami juga akan menemukan lebih banyak kasus dan informasi dan, semoga tidak, uga kemungkinan kematian,” kata Lindmeier.
Baca Juga: Cegah Kejahatan, Orang Tua Diminta Tak Unggah Sembarangan Data di Media Sosial
Setelah varian Omicron muncul terdeteksi pada Botswana dan Afrika Selatan, beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara pekan lalu segera menerapkan pembatasan perjalanan.
Pembatasan perjalanan tersebut diberlakukan terhadap negara-negara di kawasan Afrika Selatan serta juga melarang adanya penerbangan.
Langkah tersebut cukup menuai kecaman dari para pejabat di PBB, WHO, agen perjalanan internasional, serta asosiasi pekerja.
“Daripada melihat penutupan perbatasan, pembatasan dan sebagainya, jauh lebih baik untuk mempersiapkan negara Anda, sistem kesehatan atas kemungkinan kasus yang muncul,” katanya.
Lindmeier mengatakan bahwa varian Omicron ini akan meluas, meski saat ini varian Delta termasuk salah satu yang paling dominan di lebih dari 90 persen dunia.***