Arab Saudi Tolak Permintaan Amerika Serikat untuk Memompa Lebih Banyak Minyak Mentah

18 Februari 2022, 14:55 WIB
Potret terminal minyak di Arab Saudi. /Reuters

PR DEPOK - Arab Saudi menolak permintaan dari Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya dalam mengurangi harga bensin dunia.

Penolakan itu bukan tanpa sebab, Arab Saudi berpegang pada keputusan OPEC dan Rusia mengenai kesepakatan untuk tidak memompa lebih banyak minyak daripada produksi.

Dalam forum energi di Riyadh yang dilaksanakan Rabu lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menolak seruan untuk memompa lebih banyak minyak.

Baca Juga: Menaker Tetap Berlakukan Berlakukan Aturan Baru JHT, Cipta Panca Singgung SUN: kalau Dibatalin Duitnya ga Ada

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Eye pada Jumat, 18 Februari 2022, ia mengatakan negosiasi ulang kuota di antara anggota OPEC berisiko memicu lebih banyak volatilitas di pasar minyak.

Diketahui, Koordinator Gedung Putih Timur Tengah Brett McGurk dan utusan energi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Amos Hochstein sengaja dikirim ke Arab Saudi guna menekan pejabat Riyadh agar memompa lebih banyak minyak mentah dan menstabilkan pasar.

"Kerajaan (Arab Saudi) tidak sepaham dengan Amerika Serikat"

Baca Juga: Studi Baru: Covid-19 Tingkatkan Gangguan Kesehatan Mental hingga Satu Tahun setelah Infeksi

"Kita semua tahu mereka (Arab Saudi) tidak siap bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk memenangkan pasar," ujar seorang delegasi OPEC.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan telah menelepon Raja Salman pekan lalu untuk membicarakan berbagai masalah Timur Tengah.

Menurut laporan, pembicaraan keduanya termasuk memastikan stabilitas pasokan energi global.

Baca Juga: BLT Anak Sekolah Rp4,4 Juta Cair Februari 2022, Cek Cara Daftar Online dan Syarat Siswa SD-SMA Dapat Bansos

Namun, pernyataan telepon dari Raja Salman menyoroti peran perjanjian OPEC yang telah ada, dengan mengatakan penting untuk tetap berpegang pada pakta tersebut.

Tahun lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia, aliansi yang disebut OPEC, membuat pakta yang akan meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 400.000 barel per hari.

Arab Saudi berpotensi mendorong harga minyak dunia lebih rendah karena hanya memompa sekitar 10 juta barel minyak per hari, kurang dari kapasitas penuhnya yang 12 juta barel per hari.

Baca Juga: Firli Bahuri Mengaku Heran Masih Ada Korupsi, Benny Harman: padahal KPK adalah Jawabannya, Malah Bertanya

Joe Biden telah berulang kali meminta negara-negara Teluk untuk memompa lebih banyak minyak dalam upaya mengurangi harga bensin dunia.

Bahkan seruan Joe Biden semakin meningkat akibat harga minyak mengancam untuk naik lebih tinggi di tengah penumpukan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.

Terhitung pada Rabu lalu, minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, mencapai Rp1,43 juta per barel untuk pertama kalinya sejak tahun 2014.

Baca Juga: Klarifikasi Penggunaan Dana JHT dari Pemerintah, Ida Fauziah: Uang Itu Bisa Diakses Pekerja

Beberapa orang di Washington menjadi frustrasi atas penolakan Riyadh terhadap seruan Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi minyak.

Pasalnya di Amerika Serikat, harga energi yang lebih tinggi telah memicu inflasi dan merusak angka jajak pendapat Joe Biden.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Eye

Tags

Terkini

Terpopuler