Studi Terbaru Sebut Polusi Udara Bisa Picu Risiko Infeksi Virus Corona

29 Mei 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi polusi udara //Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Pandemi Virus Corona atau COVID-19 pertama kali muncul pada akhir 2019 lalu di kota Wuhan, Tiongkok bisa dengan cepat tersebar di seluruh negara dan kemudian ke dunia yang menyebabkan hampir 5,7 juta kasus positif dan lebih dari 355 ribu angka kematian.

Studi baru yang diterbitkan di medRxiv melihat hubungan antara efek polusi udara dengan infeksi COVID-19.

Dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Portal Surabaya disebutkan bahwa adanya perubahan cuaca dapat menjadi penyebab penyebaran cepat penyakit ini.

Baca Juga: ASN Kembali Dapat Perpanjangan WFH dari Kemenpan RB Sampai 4 Juni

Paparan polusi udara telah diamati untuk memprediksi angka kematian COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat.

Beberapa penelitian telah mengusulkan bahwa polusi udara merupakan kontributor signifikan terhadap kematian COVID-19 dengan jumlah banyak Italia dan Tiongkok.

Meskipun beberapa ilmuwan telah mulai mengeksplorasi bidang ini, efek intervensi kesehatan publik, perubahan kapasitas pengujian, dan definisi kasus, serta interaksi antara cuaca dan konsentrasi polusi udara, hingga saat ini masih belum diketahui pasti.

Baca Juga: Pria Berkaos Merah Logo Palu Arit Dikabarkan Berkeliaran di Palembang, Simak Faktanya

Penelitian saat ini bertujuan untuk menggunakan pemodelan matematika yang ketat untuk mencapai prediksi yang lebih tepat.

Tujuannya adalah untuk menguji hubungan antara konsentrasi polusi udara di luar dalam partikel yang sangat halus (PM2.5) dan tingkat di mana jumlah kasus baru COVID-19 muncul di Wuhan per hari.

Tingkat perubahan dalam jumlah kasus harian ini adalah kriteria penting dalam perhitungan, kapasitas pengujian, efek dari lockdown, dan indikator lain seperti orang yang bergerak di antara dan di dalam kota Wuhan.

Baca Juga: Panduan Pendaftaran SBMPN 2020 yang Dibagi dalam 2 Tahap Registrasi

Periode penelitian berlangsung pada 1 Januari hingga 20 Maret 2020.

Pada periode ini, lockdown mulai terjadi, serta COVID-19 mulai banyak diberitakan di China, dan Wuhan lockdown secara penuh.

Ketika langkah-langkah kontrol dengan cepat dilakukan, jumlah kasus pertama memuncak dan kemudian mulai turun.

Baca Juga: New Normal Bisa Batal Akibat PSBB Diperpanjang? Ini Kata Ridwan Kamil

Para peneliti mengumpulkan data harian dari platform online yang umum digunakan.

Pada saat yang sama, Pusat Pemantauan Lingkungan Nasional Tiongkok memberikan data konsentrasi polusi udara setiap hari selama periode yang sama.

Studi ini menemukan bahwa konsentrasi polusi udara rata-rata 1 hingga 12 hari sebelum perubahan yang sesuai pada infeksi dan kasus COVID-19.

Baca Juga: Bali Jadi Destinasi Utama Saat New Normal, Pemerintah Sasar Wisatawan Domestik

Hal ini dikarenakan masa inkubasi virus serta penundaan sebelum dilaporkan terkonfirmasi positif.

Para peneliti menemukan bahwa jumlah kasus yang diuji dan positif terinfeksi, serta tingkat polusi udara (PM2.5), mulai menunjukkan penurunan mulai 23 Januari 2020.

Ini adalah tanggal ketika kota itu sepenuhnya memberlakukan lockdown.***

Editor: Billy Mulya Putra

Tags

Terkini

Terpopuler