PR DEPOK - Usai berhasil menguasai Afghanistan, Taliban kini dikabarkan melarang masyarakatnya menggunakan aplikasi populer TikTok dan PUBG.
Berdasarkan hasil rapat pemerintahan, Kementerian Komunikasi dan Informatika Taliban menyatakan bahwa aplikasi TikTok dan PUBG berpotensi menyesatkan generasi muda.
Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menghapus atau memblokir kedua aplikasi tersebut dari server internet Afghanistan.
Alhasil seluruh masyarakat di Afghanistan, khususnya anak muda tak bisa lagi mengakses TikTok dan game PUBG.
"Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meminta agar aplikasi (TikTok dan PUBG) dihapus dari server internet agar tak bisa lagi bisa diakses oleh masyarakat Afghanistan," kata Jubir Kementerian Komunikasi dan Informatika, Inamullah Samangani dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Vocket pada Senin, 25 April 2022.
Tak hanya itu, Inamullah Samangani juga tampak tidak menyukai aplikasi TikTok dan menyebutnya tak sesuai dengan hukum Islam lantaran konten-konten di dalamnya.
Berdasarkan keluhan banyak orang, ia menjelaskan bahwa aplikasi TikTok dan PUBG hanya membuang-buang waktu.
Baca Juga: Amerika Serikat Takut Jatuhkan Sanksi kepada Wanita Rusia yang Diduga Jadi Simpanan Vladimir Putin
Maka dari itu, Taliban melarang penggunaan kedua aplikasi tersebut dengan memblokirnya dari server internet Afghanistan.
"Kami menerima banyak keluhan yang menyebut aplikasi TikTok dan game PUBG hanya membuang-buang waktu," ujarnya menambahkan.
Padahal berdasarkan laporan NDTV, masyarakat Afghanistan hanya bisa mengakses sedikit aplikasi hiburan sejak Taliban berkuasa, beberapa di antaranya TikTok dan PUBG.
Baca Juga: Berikut Link Cek Bansos BPNT 2022 untuk Lihat Daftar Penerima BLT Minyak Goreng hingga Rp500 Ribu
Namun apabila larangan tersebut diberlakukan, warga khususnya anak muda Afghanistan jadi tak bisa lagi menikmati aplikasi TikTok dan game PUBG.
Selain itu, Taliban sebelumnya juga telah melarang musik, film dan sinetron ditayangkan di televisi Afghanistan.
Mereka bahkan menyeleksi tayangan televisi agar tak memunculkan acara tidak bermoral, meski sebenarnya tayangan yang muncul hanya berita dan program keagamaan.
Dengan mempertimbangkan kebijakan Taliban, survei Gallur pada Februari lalu menjelaskan bahwa 94 persen warga Afghanistan merasa hidup mereka kini menderita, terlebih setelah Taliban berkuasa.***