Ungkap Soal Negosiasi yang Diberikan AS, Duta Besar Rusia Isyaratkan Perpecahan di Dalam Kremlin?

16 Mei 2022, 10:25 WIB
Duta Besar Rusia seolah mengisyaratkan terjadinya perpecahan di dalam Kremlin ketika mengungkap negosiasi AS. /Reuters/Maxim Zmeyev/

PR DEPOK – Duta Besar Rusia untuk AS mengisyaratkan perpecahan terjadi dalam hierarki di lingkaran dalam Kremlin atas perang yang menghancurkan di Ukraina.

Duta Besar Rusia untuk AS itu, Anatoly Antonov, mengklaim Amerika diam-diam memberi Vladimir Putin persyaratan negosiasi untuk menghentikan pertempuran.

Pernyataan itu terjadi di tengah kegagalan yang jelas oleh tentara Rusia untuk membuat kemajuan baru yang signifikan dalam dorongannya untuk menyerang wilayah Ukraina timur.

Antonov menyiratkan bahwa beberapa orang di dalam struktur kekuasaan Kremlin siap untuk menyerah, mundur, menyerang pasukan dan bahkan berhenti berperang, sambil menekankan bahwa dia tidak termasuk di antara mereka yang mau menyerah.

Baca Juga: Kartu Sembako BPNT Kembali Disalurkan Lewat Kantor Pos, Siapkan KTP untuk Cairkan Rp2,4 Juta di Link Berikut

“Amerika mendorong kami ke dalam negosiasi, tetapi dengan kondisi tertentu. Saya akan menjelaskan tiga di antaranya,” ungkapnya, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Mirror.

“Pertama, menghentikan aksi militer sebagai bagian dari operasi militer khusus. Kedua, untuk memindahkan pasukan kita kembali ke tempat semula sebelum 24 Februari. Yang ketiga adalah 'untuk bertobat atas semua yang telah kita lakukan',” tandasnya.

Antonov mengatakan kepada penyiar TV Negara Rusia Vladimir Solovyov bahwa setidaknya diplomat Rusia yang bekerja di AS tidak akan menyerah seperti itu.

Baca Juga: Kartu Sembako BPNT Kembali Disalurkan Lewat Kantor Pos, Siapkan KTP untuk Cairkan Rp2,4 Juta di Link Berikut

"Kami sangat yakin bahwa semua tugas yang ditetapkan oleh Panglima Tertinggi akan selesai sepenuhnya. Kami tidak akan pernah menyerah,” ia menegaskan.

Dengan mengatakan setidaknya diplomat Rusia yang bekerja di AS, ia tampaknya mengisyaratkan bahwa pihak lain kurang yakin dengan pesan tidak menyerah.

Duta besar veteran itu tidak menyebut nama Putin, dan menyebutnya sebagai Panglima Tertinggi.

Baca Juga: Raffi Ahmad Bocorkan Jadwal Kedatangan Ronaldinho ke Indonesia untuk Berkunjung ke Rumahnya

Dengan melakukan itu, dia menjelaskan bahwa strategi militer yang dipandang cacat bahkan di jajaran keamanan dan militer Rusia adalah milik Putin sendiri.

Dalam pernyataan lain, Antonov telah menggemakan pernyataan tokoh-tokoh lain di elit Rusia bahwa konfrontasi timur-barat saat ini dengan Ukraina yang mempersenjatai Barat dapat memicu perang nuklir.

"Situasi hari ini sangat, sangat berbahaya. AS sedang ditarik lebih dalam dan lebih dalam ke dalam konflik dengan konsekuensi yang paling tidak terduga untuk hubungan antara dua kekuatan nuklir,” jelasnya.

Baca Juga: Korea Utara Terpapar Covid-19, Kim Jong Un Meminta Militer untuk Stabilkan Pasokan Obat-obatan

Dia juga mengklaim diplomat Rusia menghadapi ancaman kekerasan fisik dan bahwa badan intelijen AS berusaha untuk melakukan kontak pribadi dengan utusannya.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, ia menyebut bahwa pertemuan tatap muka dengan pejabat AS telah berakhir.

"Ini seperti benteng yang dikepung. Pada dasarnya, kedutaan kami beroperasi di lingkungan yang tidak bersahabat. Karyawan kedutaan menerima ancaman, termasuk ancaman kekerasan fisik.

"Agen dari dinas keamanan AS berkeliaran di luar kedutaan Rusia, membagikan nomor telepon CIA dan FBI, yang dapat dihubungi untuk menjalin kontak," tandasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler