Diduga untuk Danai Kegiatan Teroris, Polisi Sita Obat Terlarang Produksi ISIS Senilai Rp14 Miliar

2 Juli 2020, 11:50 WIB
Foto ini diambil dari handout video yang tidak bertanggal menunjukkan obat-obatan yang disita /kantor pers Guardia di Finanza/AFP

PR DEPOK - Polisi Italia menyita 14 ton pil amfetamin yang diduga diproduksi di Suriah oleh Islamic Irak and Syria (ISIS) untuk mendanai kegiatan "teroris" dan ditujukan untuk pasar obat ilegal Eropa.

Penyelidik mengatakan bahwa telah menahan tiga kapal kontainer mencurigakan pada Rabu, 1 Juli 2020 yang tengah merapat di pelabuhan Italia selatan Salerno dan menemukan 84 juta tablet obat Captagon di dalam mesin dan silinder kertas besar untuk keperluan industri yang mereka bawa.

Menurut polisi keuangan Naples, obat-obatan itu bernilai sekitar 1,12 miliar dollar AS atau setara Rp14,4 triliun dan akan dijual di pasar Eropa "untuk membiayai terorisme".

Baca Juga: Pandemi Virus Corona Kian Parah di AS, Donald Trump Kembali Marah-Marah ke Tiongkok

"Kita tahu ISIS membiayai kegiatan terorisnya terutama dengan perdagangan narkoba yang dilakukan di Suriah yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi produsen amfetamin terbesar di dunia," kata polisi itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Aljazeera Kamis, 2 Juli 2020.

"Ini adalah penyitaan amfetamin terbesar di dunia,” katanya.

Saat memotong gulungan kertas dan roda gigi logam dengan gergaji mesin, polisi menemukan tablet yang dicetak dengan dua lingkaran, simbol Captagon.

Baca Juga: Sumbang Masalah Lingkungan dan Pemanasan Global, Jepang Mulai Terapkan Plastik Berbayar

Video yang diambil polisi menunjukkan pil tumpah dari gulungan dan roda saat dibuka paksa.

Polisi mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah Camorra yang berbasis di Naples mengorganisir kejahatan ini dan mendalami apakah mereka memerintahkan pengiriman besar-besaran untuk penjualan internasional.

Dua pekan lalu, pengiriman obat dalam jumlah lebih kecil disita di pelabuhan Salerno yang ditempatkan dalam kontainer pakaian.

Baca Juga: Pascaperilisan Data Inflasi oleh BPS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Dibuka Bervariasi

Captagon, nama merek obat awalnya digunakan pada 1960-an untuk mengobati narkolepsi dan depresi.

Captagon adalah salah satu dari beberapa nama merek fenethylline hidroklorida, senyawa obat milik keluarga amfetamin yang dapat menghambat rasa takut dan menangkal kelelahan.

Polisi bea cukai dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa Captagon sering digunakan anggota ISIS untuk "menghambat rasa takut dan sakit".

Baca Juga: Warga Rusia Beri Vladimir Putin Berkuasa hingga 2036, Kepala Komisi Pemilu Angkat Bicara

Jumlah obat yang disita cukup untuk memenuhi seluruh pasar Eropa, kata polisi, tanpa memberikan jangka waktu.

Dua pekan lalu, juga di pelabuhan Salerno, polisi menyita sebuah kontainer yang dikirim dari Suriah untuk menyelundupkan 2.800 kilogram ganja dan lebih dari 1 juta pil amfetamin dengan simbol yang sama dengan yang dicegat pada Rabu, 1 Juli 2020.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler