Klaim Bagian dari Kebebasan Berekspresi, PM Norwegia Bela Aksi Perobekan dan Peludahan Alquran

4 September 2020, 02:02 WIB
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg.* /The Independent./

PR DEPOK - Perdana Menteri (PM) Norwegia Erna Solberg membela aksi unjuk rasa anti-Islam yang terjadi pada akhir kemarin, di mana kelompok tersebut melakukan perobekan salah satu halaman Alquran.

Unjuk rasa pada Sabtu 29 Agustus 2020 di luar gedung parlemen Olso dilakukan oleh kelompok Stop Islamization of Norwegia (SIAN) hingga berakhir dengan kericurhan.

Berdasarkan yang dihimpun, kericuhan itu terjadi setelah seorang wanita yang disebut ketua dari kelompok SIAN merobek salah satu halaman Alquran. Bahkan wanita yang tidak diketahui identitasnya itu meludahi Alquran.

Baca Juga: Soal Polemik Puan-Sumbar, LIPI: Bukan karena Suara PDIP Saja, Tapi Faktor Sentimen di Era Soekarno

Saat kericuhan terjadi, pihak kepolisian setempat dilaporkan menembakan gas air mata dan semprotan yang berisi kandungan merica sebagai bagian dari upaya memisahkan kelompok-kelompok yang tengah bersitegang.

Usaha polisi gagal, seorang pemrotes dalam aksi terus berhasil menembus barisan dan mampu menendang wanita pelaku perobekan dan peludahan kepada Alquran itu.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Sabah, Jumat 4 September 2020, Erna Solberg menilai aksi perobekan Al-Qur'an saat demonstrasi anti-islam oleh kelompok SIAN sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

"Saya sangat khawatir bahwa kebebasan berbicara yang kami bela dengan kuat di Norwegia, mungkin bisa diartikan berbeda di negara lain. Atau mungkin dianggap bahwa kami tidak peduli dengan sikap SIAN, karena kami melakukannya," ujar Erna Solberg kepada kantor berita NTB.

Baca Juga: Balas Dugaan Satir Soal Pancasila ke Warga Sumbar, Fadli Zon Sindir Puan Maharani Tak Paham Sejarah

Lebih lanjut Erna Solberg juga menyadari bahwa setiap kebebasan berpendapat memiliki konsekuensi yang harus dihadapi.

"Tetapi kebebasan berbicara memiliki konsekuensi, dan itu adalah terkadang Anda harus menahan diri mendengar hal-hal yang menyakiti Anda," ucapnya. 

Kemudian ia menambahkan, "Saya sangat memisahkan diri dari semua yang mereka (SIAN) perjuangkan. Saya pikir menyakitkan mendengar bagaimana mereka berbicara tentang orang yang tinggal di negara ini, berbicara tentang iman orang yang tinggal di negara ini."

Pernyataan Erna Solberg kepada kantor berita NTB itu dilontarkannya sehari setelah negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan yakni Turki mengkritik aksi protes yang dilakukan SIAN.

Baca Juga: Ikuti Tren Anti Islam, Mantan Muslim Taat yang Kini Atheis Tunjukkan Video Robek dan Ludahi Alquran

"Sangat salah melihat rasisme dan permusuhan terhadap Islam sebagai bagian dari kebebasan berbicara," ucap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Turki.

Kemlu Turki berpendapat bahwa berdasarkan fakta, partai politik (parpol) arus utama tidak melakukan pencegahan, bahkan sebagian mengizinkan pidato rasis hanya bertujuan mendulang dukungan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Daily Sabah

Tags

Terkini

Terpopuler