Jadi Kontroversi, Penelitian Virus di China Ini Dikecam Ilmuwan Barat: Dilakukan Secara Sembarangan

24 Januari 2024, 18:14 WIB
Ilustrasi - Para ilmuwan Barat mengecam penelitian virus yang dilakukan di China, disebut dilakukan secara sembarangan. /Pexels

PR DEPOK – Peneliti asal China baru-baru ini memicu kontroversi di komunitas ilmiah setelah menerbitkan penelitian tentang virus mutan terkait virus corona, yang dilaporkan menyebabkan tingkat kematian 100 persen pada tikus yang terinfeksi.

Asal muasal virus Covid-19 masih belum diketahui, namun teori konspirasi seputar eksperimen laboratorium China yang tidak terkendali sekali lagi mendapatkan perhatian berkat penelitian kontroversial yang baru-baru ini diterbitkan oleh para ilmuwan di Beijing.

Para ilmuwan itu dikabarkan bereksperimen dengan strain GX_P2V yang bermutasi, “sepupu” virus corona yang ditemukan pada trenggiling Malaysia pada tahun 2017, tiga tahun sebelum pandemi Covid-19.

Virus tersebut kemudian digunakan untuk menginfeksi tikus hasil rekayasa genetika yang dirancang untuk mencerminkan susunan genetik serupa dengan manusia. Studi kontroversial ini adalah yang pertama yang melaporkan tingkat kematian 100 persen pada tikus yang terinfeksi GX_P2V, jauh melampaui temuan penelitian sebelumnya.

Baca Juga: Daftar 8 Rumah Makan di Kabupaten Sukoharjo, Rasanya Terkenal Enak dan Nikmat, Ada Menu Legendaris!

Penulis penelitian mencatat bahwa semua tikus yang terinfeksi GX_P2V mati dalam waktu delapan hari, sebuah angka kematian yang sangat cepat.

Ketika virus mulai melemahkan inangnya, tikus-tikus tersebut mulai mengalami penurunan berat badan, bergerak lebih lambat, dan menunjukkan postur membungkuk. GX_P2V menginfeksi paru-paru, tulang, mata, trakea, dan otak tikus dan dilaporkan menyebabkan mata mereka menjadi putih seluruhnya sehari sebelum mati.

“Hal ini menggarisbawahi risiko penyebaran GX_P2V ke manusia dan memberikan model unik untuk memahami mekanisme patogenik virus terkait SARS-CoV-2,” para penulis mencatat, seperti dikutip dari Oddity Central.

Baca Juga: TOP 8 Rumah Makan di Kabupaten Temanggung, Rasakan Keindahan Alam Sambil Menikmati Kulineran di Sini!

Temuan ini membuat marah para ilmuwan dan ahli virologi Barat, yang banyak di antaranya menjulukinya sebagai hal yang ‘mengerikan’ dan ‘tidak berguna’ karena tidak memberikan gambaran nyata tentang bagaimana virus GX_P2V dapat mempengaruhi manusia.

“Saya tidak melihat ada hal menarik yang dapat dipelajari dari menginfeksi secara paksa jenis tikus aneh yang dimanusiakan dengan virus acak. Sebaliknya, saya bisa melihat bagaimana hal-hal seperti itu bisa menjadi salah,” tulis Francois Balloux, pakar epidemiologi di Institut Genetika University College London, di X.

“Pracetak tersebut tidak merinci tingkat keamanan hayati dan tindakan pencegahan keamanan hayati yang digunakan dalam penelitian ini,” lanjut Balloux.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Bakso Super Enak di Malang, Ada Bakso Bakar Gurih! Catat Alamatnya

“Tidak adanya informasi ini meningkatkan kemungkinan bahwa sebagian atau seluruh penelitian ini, seperti penelitian di Wuhan pada tahun 2016-2019 yang kemungkinan besar menyebabkan pandemi Covid-19, dilakukan secara sembarangan tanpa pengendalian keamanan hayati minimal dan praktik yang penting untuk penelitian dengan potensi patogen pandemi,” katanya.

Richard H. Ebright, Profesor Kimia dan Biologi Kimia di Universitas Ruger, sependapat dengan Balloux.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Oddity Central

Tags

Terkini

Terpopuler