Diduga Depresi Akibat Tak Bisa Berinteraksi karena Pandemi, Pria 28 Tahun Mengakhiri Hidupnya

23 Oktober 2020, 11:23 WIB
Ilustrasi depresi. /Anemone123/Pixabay

PR DEPOK  Seorang wanita asal Malaysia membagikan kisah pilunya saat kehilangan sang kakak laki-laki berusia 28 tahun akibat depresi.

Dalam cerita yang ia sampaikan, wanita bernama Natalie itu menyebutkan bahwa sang kakak meninggal usai mengalami depresi karena tak bisa bertemu dan bersosialisasi selama masa pandemi Covid-19.

“Kakak saya stress karena pekerjaan beberapa minggu sebelum meninggal. Dia adalah seorang analis senior di perusahaan global, yang memegang bagian konteks”

Baca Juga: Aksi Penjambretan Hantui Pesepeda, Polisi Imbau Masyarakat Tidak Sendirian Bersepeda

“Meskipun sifat pekerjaannya memang menuntut, kami yakin ada lebih banyak hal di balik ini yang memicu depresinya,” tuturnya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari World of Buzz.

Menurut Natalie, kakaknya adalah orang yang pendiam, sehingga ia dan keluarga kesulitan untuk mengetahui apa penyebab sebenarnya dari meninggalnya sang kakak.

Namun, pihak keluarga menduga bahwa kepergiannya mungkin disebabkan oleh rasa keterasingan dari pergaulan dan interaksi fisik.

Baca Juga: Antisipasi Banjir, 859.038 Meter Kubik Sedimentasi Diangkut Oleh Satgas Sektor 6 Citarum Harum

“Isolasi membuatnya merasa lebih stress dan tertekan ketika mengerjakan pekerjaannya, apalagi dia menetapkan ekspektasi yang sangat tinggi untuk dirinya sendiri”

“Ini mungkin menjadi alasan mengapa dia bercerita pada ayah saya bahwa dia merasa tidak kompeten setelah tidak berhasil memenuhi KPI-nya dalam bekerja”

“Padahal KPI miliknya tidak berubah sejak awal, seperti yang disampaikan oleh atasannya kepada kami,” tutur Natalie.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Masih Diragukan Kehalalannya, MUI: Kita Percaya Saja Insya Allah Aman

Melanjutkan ceritanya, Natalie pun mengungkap bahwa sang kakak, yang bernama Brian, tidak pernah bercerita tentang depresi yang tengah dirasakan.

Hanya saja, Brian mengaku merasa stres karena pekerjaannya beberapa minggu sebelum meninggal.

“Baru belakangan ini ia mulai menunjukkan tanda-tanda stress yang luar biasa. Kami berusaha sebaik mungkin untuk mendorongnya, mendukungnya, memintanya untuk berbicara dengan supervisor atau mengunjungi dokter jika merasa stres telah memengaruhi kesehatannya’” tutur wanita tersebut.

Baca Juga: Pakai Masker dari Kunyit, Wajah Gadis Ini Berubah Jadi Kuning karena Terlalu Susah Dihilangkan

Dari pengakuan Natalie, Brian hanya berbicara pada supervisor-nya, tetapi ia tak pernah mengunjungi dokter.

Sementara itu, wanita itu juga mengungkap bahwa sang kakak memang tidak terbuka perihal depresi yang dialami. Namun Natalie mengamati perubahan sikap dari Brian yang cukup mencolok.

Natalie menyadari bahwa sang kakak kehilangan nafsu makan serta seringkali terlihat sedih dan murung. Brian pun kerap mengeluhkan sakit pada leher dan punggungnya dan meminta dipijat oleh Natalie.

Baca Juga: 2 Juta Anak Alami Wasting Parah, Indonesia Duduki Peringkat ke-65 Indeks Ketahanan Pangan Global

“Kami sebenarnya berharap segalanya menjadi lebih baik setelah ia mengajukan pengunduran diri seminggu sebelum dia meninggal. Sayangnya, bukan itu masalahnya,” ujar Natalie.

Brian diketahui meninggal karena bunuh diri seminggu setelah ia mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Natalie yang tak ingin kejadian ini terulang kepada siapapun, membagikan kisahnya sebagai peringatan tentang pentingnya memperhatikan kesehatan mental.

Baca Juga: Nyamuk Jadi Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia, Anak Masuk Kelompok Paling Rentan Terkena Malaria

“Kepada siapapun yang mungkin menderita, saya mungkin tidak tahu bagaimana perasaan Anda, tetapi saya percaya bahwa Anda dicintai dan diperhatikan secara mendalam oleh orang-orang di sekitar Anda, meskipun Anda tidak merasakannya sekarang,” ujar Natalie menutup ceritanya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: World of Buzz

Tags

Terkini

Terpopuler