Amsterdam Minta Maaf Soal Perbudakan di Masa Kolonial, Tifatul: What? Setelah 350 Tahun Menjajah, Cuma Maaf?

- 3 Juli 2021, 20:22 WIB
 Tifatul Sembiring.
Tifatul Sembiring. /Ujang Zaelani/Antara

PR DEPOK - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring, mengomentari permintaan maaf yang diucapkan oleh Wali Kota Amsterdam, Belanda, atas peran kota tersebut terhadap perdagangan budak di era kolonialisme.

Tifatul Sembiring menyoroti permintaan maaf Amsterdam atas perbudakan masa kolonial, termasuk yang terjadi di Indonesia.

Dalam keterangannya, Tifatul Sembiring seolah tidak terima dengan sikap Amsterdam yang hanya meminta maaf.

Baca Juga: Ingatkan Menkes Budi Soal Insentif Nakes, Gus Umar: Kunci Sukses Hadapi Covid-19 Mereka, Jangan Terlambat!

Ia lantas mengungkit soal penderitaan Indonesia saat dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.

Politisi PKS itu dibuat heran lantaran Amsterdam, ibu kota dari negara yang dulu menjajah Tanah Air itu hanya mengucapkan maaf.

"Whaaat...!! Minta maaf...? Setelah 350 tahun kalian jajah bangsa kami, sengsara di atas sengsara, derita di atas derita... Terus 'cuma' bilang, "Minta maaf"... *Omaygat...," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @tifsembiring.

Cuitan Tifatul Sembiring.
Cuitan Tifatul Sembiring. Tangkap layar Twitter @tifsembiring

Baca Juga: Lirik If You Really Love Me-How Will I Know, Lagu dari David Guetta, MistaJam, dan John Newman

Untuk diketahui, sebelumnya Wali Kota Amsterdam, Femke Halsema, menyampaikan permohonan maaf atas peran kota yang dipimpinnya dalam perdagangan budak.

Ia meminta maaf lantaran Amsterdam ikut berperan dalam perbudakan yang memperkaya Ibu Kota Belanda tersebut selama masa penjajahan.

"Atas nama kota, saya meminta maaf atas keterlibatan aktif dewan kota Amsterdam dalam sistem komersial perbudakan kolonial dan perdagangan manusia global yang direduksi menjadi perbudakan," ujar Felme Halsema, pada Kamis, 1 Juli 2021, seperti dikutip dari Gulf News.

Baca Juga: Gedung Eks Perakitan Mobil Esemka Jadi Tempat Karantina Covid-19, Sindiran Don Adam: Mobilnya Sold Out

Di sejumlah negara Eropa, termasuk Belanda, perdebatan tentang masa lalu penjajahan benua tersebut, khususnya terkait keterlibatan Eropa dalam perbudakan, kembali mencuat usai marak dilakukan gerakan Black Lives Matters di Amerika Serikat.

"Sudah waktunya untuk mengintegrasikan ketidakadilan besar perbudakan kolonial ke dalam identitas kota kita," tutur sang Wali Kota Amsterdam.

Pada puncak kerajaan kolonialnya, Provinsi Bersatu (United Provinces) yang kini dikenal dengan nama Belanda, memiliki koloni seperti Suriname, Pulau Karibia Curacao, Afrika Selatan, dan Indonesia.

Baca Juga: Siapkan KTP untuk Cek Penerima BLT UMKM Rp1,2 Juta di banpresbpum.id dan eform.bri.co.id/bpum

Provinsi Belanda yang saat itu masih bagian dari Amsterdam, kata Halsema, merupakan pemain utama dalam perdagangan dan eksploitasi budak kala itu.

"Dan di Amsterdam, hampir semua orang mendapatkan uang berkat koloni Suriname," tuturnya dalam pidato yang disampaikan dalam acara yang menandai penghapusan perbudakan di Suriname dan Karibia tersebut.***

Editor: Annisa.Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x