Diam-diam Pejabat Intelijen Israel Adakan Pertemuan Rahasia dengan Salah Satu Kandidat Presiden Libya

- 6 September 2021, 17:45 WIB
Ilustrasi bendera Israel.
Ilustrasi bendera Israel. /jorono/Pixabay

Baca Juga: 5 Gelandang dengan Kaki Kiri Terbaik di Dunia, Mulai dari Bernardo Silva hingga Phil Foden

"Meskipun kami tidak mengambil posisi pada kandidat, kami akan mencatat bahwa Saif al-Islam Gaddafi ditetapkan di bawah sanksi PBB dan AS," ujarnya.

Lebih jauh, Haftar, seorang kapten di Tentara Nasional Libya, mengklaim memiliki visi sekuler dan pro-demokrasi untuk Libya, sejalan dengan ayahnya.

Namun dia juga mendapat kritik dari PBB dan aktivis Libya karena memimpin batalion yang diduga menyerang Bank Sentral Libya dan merampok hampir setengah miliar dolar dari pada 2017.

Ayah Haftar, Khalifa Haftar, adalah mantan pemimpin militer terpercaya di bawah Muammar Qaddafi sebelum membelot dan menjadi aset CIA pada 1990-an.

Baca Juga: Respons Sentimen Negatif Publik, KPI Minta Lembaga Penyiaran Televisi Tak Glorifikasi Pembebasan Saipul Jamil

Dia menghabiskan hampir 20 tahun tinggal di Virginia utara dan kembali ke Libya pada 2011.

Sebagai pemimpin LNA, Khalifa Haftar telah menikmati dukungan Barat selama bertahun-tahun. Tetapi aliansinya melemah setelah ia meluncurkan pengepungan militer 2019 terhadap pemerintah sementara yang didukung PBB di Tripoli.

Presiden Emmanuel Macron secara terbuka menegurnya, yang telah didukung Prancis selama bertahun-tahun, atas kampanye militer berdarah.

Sedangkan kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduhnya melakukan kejahatan perang tanpa pandang bulu.***

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah