Warga Afganistan Ketakutan, Taliban Mencari Mereka yang Bekerja untuk Sekutu dari Rumah ke Rumah

- 19 September 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi warga Afghanistan.
Ilustrasi warga Afghanistan. /REUTERS/Stringer/Reuters

PR DEPOK – Kekhawatiran warga Afganistan akan ancaman Taliban masih terus dirasakan.

Lebih-lebih bagi warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk sekutu sebelum Taliban berhasil menguasai negara tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian, sekolompok warga Afghanistan yang sebelumnya bekerja untuk Selandia Baru membenarkan hal tersebut.

Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 18 September 2021: 104.550 Positif, 101.422 Sembuh, 2.100 Meninggal

Sayed, seorang penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk Angkatan Pertahanan Selandia Baru (NZDF)menyampaikan rasa khawatirnya selama masa persembunyian dari Taliban.

Ia mengakui bahwa Taliban saat ini tengah berupaya mencari warga Afghanistan yang sebelumnya pernah bekerja untuk sekutu.

“Kami benar-benar dalam situasi yang gelap. Di Kabul sekarang, kami hanya bersembunyi. Di sini identitas kami tidak diketahui, karena ini adalah kota besar [dan] orang tidak banyak mengenal kami. Anda tahu, jika butuh waktu lebih lama, mungkin mereka akan menemukan kita di sini di Kabul. Ini nyata, itu terjadi sekarang. Mereka mencari dari pintu ke pintu,” ujarnya.

Tidak hanya itu, menurutnya warga Afghanistan yang bekerja untuk Selandia Baru sedang dalam situasi putus asa dan ketakutan.

“Situasi di sini kacau balau. Orang-orang ketakutan, dan semua bank tutup, orang-orang dalam situasi putus asa, kehabisan uang. Makanan dan lain-lain semakin mahal. Bagaimana Anda menggambarkannya sangat gelap. Orang-orang berada dalam situasi yang sangat mengerikan,” kata Sayed.

Menurutnya, warga Afghanistan kerap mempertanyakan kapan datangnya bantuan-bantuan kemanusaiaan.

Baca Juga: Geliat Vaksinasi di Jakarta Berada di Tren Positif, Anies Baswedan Sebut DKI Sudah Hijau

Untuk diketahui, beberapa minggu setelah penerbangan Selandia Baru meninggalkan Afghanistan , warga Afghanistan yang bekerja untuk NZDF merasa putus asa, karena tidak mendengar informasi terkait kemungkinan ekstraksi dari pemerintah Selandia Baru.

Selandia Baru meninggalkan sekitar 400 orang di Afghanistan, termasuk 43 keluarga, berjumlah sekitar 200 orang, yang bekerja untuk NZDF dan proyek-proyek pemerintah, termasuk sebagai juru bahasa, buruh atau karyawan.

Mereka yang tertinggal merasa takut akan pembalasan Taliban , meski sudah menerima visa evakuasi darurat karena hubungan mereka dengan Selandia Baru.

Akan tetapi, ketika penerbangan evakuasi Selandia Baru saat itu, tidak ada satupun dari kelompok itu yang naik.

“Mereka tidak pernah menghubungi kami. Tidak ada dari kami yang dievakuasi. Meskipun perdana menteri mengatakan, 'kami memprioritaskan ... keluarga yang memiliki kontak langsung dengan tim rekonstruksi provinsi Selandia Baru,” ujarnya.

Sejauh ini, sebagian dari kelompok ini menerima kabar dari wartawan dan advokat yang berbasis di Selandia Baru, bahwa tidak ada yang datang untuk mereka setelah pesawat terakhir pergi.

Baca Juga: Teroris OPM Tembaki Pasukan TNI Angkut Jenazah, Hidayat: Biadab, Negara Harus Lebih Serius Lindungi Nakes

Sementara itu, Sayed mengaku baru menerima satu email seminggu kemudian, yang memberitahukan bahwa operasi evakuasi sudah berakhir.

Sementara itu, situasi kemanusiaan di Afghanistan saat ini semakin memburuk.

Inflasi telah mendorong harga pangan, dan banyak bank telah menutup atau memberlakukan batasan ketat tentang berapa banyak uang tunai yang dapat ditarik.

Banyak dari warga kehabisan uang untuk mengisi ulang ponsel guna berkomunikasi dengan Selandia Baru.

“Bahkan jika kami tidak memiliki masalah keuangan, kami tidak akan dapat kembali [ke provinsi asal kami] karena sekarang Taliban menggeledah rumah kami dari pintu ke pintu dan mereka meminta informasi. Jika evakuasi dari sini tidak cepat, mereka akan menemukan kita di sini,” kata Sayed.

“Saya ingin memohon kepada pemerintah Selandia Baru. Tolong bantu kami. Tolong temukan cara untuk mengevakuasi kami lebih cepat,” ujarnya menambahkan.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x