Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Yaman, Pengacara HAM di Inggris Tuntut Arab Saudi dan UEA

- 21 Oktober 2021, 16:40 WIB
Ilustrasi kondisi Yaman saat perang berlangsung.
Ilustrasi kondisi Yaman saat perang berlangsung. /jones814/Pixabay

Guernica 37 berfokus pada tiga peristiwa termasuk serangan udara 2018 di sebuah bus sekolah di Yaman utara, yang menewaskan 26 anak-anak dan pemboman udara 2016 terhadap pemakaman di Ibu Kota Sanaa yang menewaskan 140 orang.

Selain itu juga menyangkut dugaan penyiksaan dan pembunuhan warga sipil di Aden, sebuah kota pelabuhan penting yang strategis di Yaman selatan, oleh tentara bayaran Kolombia di bawah komando sebuah perusahaan militer swasta AS yang disewa oleh UEA.

Sebagai bukti, kelompok tersebut mengutip laporan dari para penyintas dari tiga insiden dan kerabat mereka.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Peneliti AS Sukses Transplantasi Ginjal Babi ke Tubuh Manusia

Beberapa berkas Guernica 37 juga menampilkan kesaksian dari keluarga mereka yang tewas dalam peristiwa tersebut.

Cadman mengatakan timnya tengah mengandalkan yurisdiksi universal di bawah hukum Inggris untuk mengajukan kasus mereka.

Prinsip tersebut memastikan bahwa individu yang bersalah atas pelanggaran tertentu, termasuk kejahatan perang dan penyiksaan, dapat dituntut di pengadilan Inggris terlepas dari tempat kejahatan mereka terjadi.

Baca Juga: Soroti Masalah BUMN yang Dapat Suntikan Dana, Syarief Hasan: Bukan Untung tapi Rugi

"Di bawah hukum Inggris tidak ada persyaratan untuk kejahatan yang dilakukan di wilayah Inggris atau bukan," tuturnya.

Yaman telah dilanda perang sejak 2014, ketika kelompok pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar negara itu, termasuk Sanaa.

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x