Anak Berusia 15 Tahun Tewas Tertembak Saat Konflik Demo Anti-Kudeta Militer Berlangsung di Sudan

- 15 November 2021, 19:15 WIB
Demonstrasi anti-kudeta di Sudan.
Demonstrasi anti-kudeta di Sudan. /Reuters

PR DEPOK - Seorang anak laki-laki di Sudan yang berusia 15 tahun meninggal di sebuah rumah sakit Khartoum pada Minggu lalu setelah ditembak oleh pasukan keamanan selama demonstrasi anti-kudeta.

Kementerian Kesehatan negara bagian Khartoum mengatakan Mujahid Muhammad Farah meninggal karena luka tembak di perut dan pahanya pada Minggu pagi.

Insiden kematiannya menambah jumlah korban yang tewas akibat serangan pasukan keamanan Sudan selama aksi anti-kudeta menjadi enam orang.

Baca Juga: Soal Fadli Zon yang Ditegur Prabowo karena Sentil Presiden Jokowi, Fahri Hamzah Bahas Konsep Daulat Rakyat

Pasukan keamanan Sudan dikabarkan telah menembaki pengunjuk rasa pada Sabtu dalam tindakan brutal terhadap demonstrasi pro-demokrasi di seluruh negeri. Pemerintah Sudan juga tengah menutup jaringan internet.

Jenderal Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan menangkap Perdana Menteri Abdalla Hamdok pada 25 Oktober, bersama dengan beberapa pejabat penting lainnya, dan menguasai negara itu.

Lebih dari setengah juta orang mengambil bagian dalam demonstrasi Sabtu lalu di Ibu Kota Khartoum, menurut Middle East Eye sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Senin, 15 November 2021, bahwa titik pawai anti-kudeta membentanf lebih dari 20 kilometer.

Baca Juga: Anak Mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi Siap Maju di Pencalonan Presiden Bulan Depan

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-militer seperti "rakyat menginginkan rezim militer jatuh", sambil memegang gambar Hamdok, yang sekarang menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan militer.

Protes datang dua hari setelah militer Sudan membentuk dewan yang berkuasa yang tidak termasuk blok sipil utama negara itu.

Menurut ikatan dokter Sudan, selain Mujahid yang tewas tertembak di perut dan paha, ada juga seorang gadis 14 tahun yang ditembak di kepala sebelumnya.

Baca Juga: Ungkapan Cristiano Ronaldo Usai Portugal Takluk dari Serbia: Tujuan Tampil di Piala Dunia 2022 Masih Hidup

Namun menurut Kementerian Kesehatan Sudan, gadis itu tengah dalam perawatan di sebuah rumah sakit di Khartoum.

Ikatan dokter Sudan menggunggah sebuah gambar dan video, menunjukkan rumah sakit yang merawat para demonstran yang terluka membuktikan bahwa pasukan keamanan menggunakan peluru tajam.

Dikenal sebagai peluru dumdum, peluru ini melebar atau rata pada benturan dan cenderung menyebabkan luka yang lebih parah daripada peluru biasa.

Mai, seorang aktivis sipil dan pemilik bisnis di Khartoum, menggambarkan angkatan bersenjata menembakkan peluru tajam setidaknya selama tiga jam di jalanan kota itu sementara dia bersembunyi di dalam gedung terdekat.

Baca Juga: Novel Baswedan Soal Pernyataan Bupati Banyumas: Takut Kena OTT, Jangan Terima Suap!

Sementara itu, demonstrasi berlanjut di seluruh negeri, termasuk di Port Sudan, arteri komersial utama negara itu, yang dimiliki oleh Perusahaan Pelabuhan Laut Sudan yang dikendalikan militer.

Di Omdurman, pasukan yang setia kepada Jenderal Burhan menyerbu rumah sakit Al-Arbaeen. Kementerian kesehatan negara bagian Khartoum mengumumkan di Facebook, mereka menyerang semua orang, termasuk para staf medis.

Di lain sisi, kepolisian Sudan mengatakan di TV pemerintah bahwa petugasnya tidak menggunakan tembakan langsung terhadap pengunjuk rasa, bertentangan dengan laporan di lapangan.

Baca Juga: Tak Pegang Ponsel, Felicya Angelista Minta Maaf pada Caesar Hito karena Telat Sadari Ini: Maaf Baru...

Menurut pihak kepolisian Sudan, protes dimulai dengan damai, tetapi 39 polisi kemudian terluka dan satu pos penjaga diserang, yang memicu penangkapan para demonstran.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Eye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x