Sekolah Dasar di Palestina Diancam akan Dihancurkan oleh Israel, Diduga karena Masalah Perizinan

- 19 November 2021, 08:25 WIB
Ilustrasi sekolah.
Ilustrasi sekolah. /Pexels/Max Fischer/

PR DEPOK - Sebuah sekolah dasar darurat yang berlokasi di antara Tubas, Palestina dengan Lembah Yordania, tengah menghadapi ancaman akan dihancurkan oleh Israel.

Sekolah yang bernama Wadi al-Maleh itu diancam akan dihancurkan Israel lantaran terkendala masalah perizinan.
 
Dikabarkan, sekolah Wadi al-Maleh terletak di sebagian zona pelatihan dan penembakan militer yang milik Israel.
 
 
Sekolah yang dibangun tahun lalu oleh Otoritas Palestina dengan bantuan dana dari Uni Eropa itu, dilaporkan telah beberapa kali menerima ancaman nyata dari Israel.
 
Israel telah memerintahkan pembongkaran terhadap beberapa bagian sekolah tersebut.
 
Kemudian, pada bulan lalu, beberapa tentara militer Israel membongkar paksa dua kelas dan pagar sekolah tersebut.
 
Pada minggu yang lalu, tenda yang sengaja dibangun untuk melindungi siswa dari panasnya terik matahari, turut dibongkar Israel.
 
Tak berhenti sampai di situ, pada 18 Oktober silam, Israel dilaporkan telah melarang sementara kepala sekolah tersebut untuk hadir selama 10 hari di sekolah tersebut.
 
 
Kepala sekolah tersebut mengaku sempat ditangkap dan ditahan selama lima jam oleh Israel untuk diinterogasi dan diancam akan menangguhkan sekolah tersebut selama enam bulan apabila tak ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan terhadap sekolah tersebut.
 
Ancaman tersebut tentu membuat para siswa, guru, dan warga sekitarnya menjadi tidak nyaman.
 
Sekolah tersebut memiliki empat ruangan kelas yang dibangun dengan batu bata, serta memiliki dua gedung kecil. Jumlah siswa di sekolah tersebut berjumlah 45 siswa.
 
Warga sekitar sekolah tersebut merupakan warga Palestina dari 19 komunitas Badui yang terpinggirkan karena dianggap tinggal di kawasan yang ilegal.
 
Sekolah tersebut adalah salah satu dari 17 sekolah Palestina yang berisiko dihancurkan Israel karena tidak memiliki izin bangunan yang terletak di Area C, yang merupakan area 60 persen yang berada di bawah kendali militer dan administratif Israel.
 
Apabila sekolah tersebut dihancurkan, maka para siswa sekolah dasar tersebut akan terpaksa untuk pindah ke sekolah dasar lainnya yang terletak di desa Ein al-Beida, yang jaraknya 15 km lebih jauh dari sekolah Wadi al-Maleh.
 
 
Tak hanya itu, nantinya para siswa terpaksa harus berjalan karena transportasi umum yang menuju ke daerah tersebut sangat terbatas.
 
Seorang guru di sekolah tersebut yang bernama Asmaa Ghanaam, mengaku setiap harinya harus menempuh perjalanan sejauh 10 km dan harus menjemput guru-guru perempuan lainnya dalam perjalanannya.
 
Dirinya mengaku bisa saja untuk mencari sekolah lain yang lebih aman dan terjamin keselamatannya, akan tetapi dirinya memiliki keinginan khusus untuk membantu mengajar para siswa di sekolah tersebut.
 
“Saya dapat mencari sekolah yang lebih mudah untuk bekerja, tetapi ada motif pribadi untuk membantu mereka dalam menghadapi semua kesulitan yang mengancam keberadaan mereka,” katanya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera.
 
Beberapa guru di sekolah tersebut mengatakan bahwa para siswa sering menceritakan mimpi buruk yang mereka alami, seperti mulai suara ledakan, tank dan helikopter yang digunakan selama latihan militer Israel di daerah tersebut.
 
Hal tersebut diakui membuat para siswa menjadi sulit untuk berkonsentrasi, bahkan sering membolos sekolah karena takut bertemu dengan tentara atau pemukim Israel.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x