Presiden Prancis Emmanuel Macron Dikecam karena Ucapkan Bahasa Kasar pada yang Tidak Divaksin

- 6 Januari 2022, 18:35 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendapat kecaman dari oposisi dan beberapa warga karena mengeluarkan kata-kata kasar soal tidak divaksin.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendapat kecaman dari oposisi dan beberapa warga karena mengeluarkan kata-kata kasar soal tidak divaksin. /REUTERS/John Thys.

PR DEPOK – Pemerintah Prancis membela penggunaan bahasa kasar oleh Presiden Emmanuel Macron dalam kampanye yang ditingkatkan melawan yang tidak divaksinasi.

Pasalnya, Emmanuel Macron mendapat kecaman setelah mengucapkan kata-kata kasar kepada yang tidak divaksinasi, dari oposisi dan reaksi beragam dari pemilih.

Emmanuel Macron mengatakan dia ingin "membuat kesal" orang-orang yang tidak divaksinasi dengan membuat hidup mereka begitu rumit sehingga mereka akhirnya akan disuntik.

Emmanuel Macron berbicara dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Le Parisien di mana dia juga menyebut orang yang tidak divaksinasi tidak bertanggung jawab dan tidak layak dianggap sebagai warga negara.

Baca Juga: Selain Wali Kota Bekasi Rahmat Effedi, Ada 11 Orang Lainnya yang di OTT KPK, Ternyata Ini Kasusnya

"Seorang presiden tidak bisa mengatakan hal-hal seperti itu," kata Christian Jacob, ketua partai konservatif Les Republicans, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters.

Tetapi juru bicara Presiden, Gabriel Attal, mengatakan bahwa di tengah peningkatan kasus Covid-19, pemerintah mendukung komentar Macron.

"Siapa yang membuat kesal siapa hari ini?" kata Attal, mengutip tenaga kesehatan yang berjuang untuk mengatasi atau bisnis yang dirugikan oleh pandemi.

Baca Juga: Pemkot Madiun Tolak Pengadaan Laptop karena Tak Sesuai Spesifikasi, Luqman Hakim: Waduh kol Bisa Begitu?

"Mereka yang menolak vaksin," ia menambahkan.

Menurut Perdana Menteri Jean Castex, rrang-orang yang telah divaksinasi "jengkel" dengan yang tidak divaksinasi.

Di negara di mana lebih dari 124.000 orang telah meninggal karena Covid-19, kata-kata Emmanuel Macron bergema di beberapa orang.

Baca Juga: Bantah Tolak Pemberian Rumah dari Medina Zein, Haji Faisal: Cucu Saya Anak Yatim Piatu, Saya Nggak Bisa Tolak

"Dia benar," kata Jean, pensiunan Paris, 89 tahun, yang juga telah menjalani booster Covid-19 dan suntikan flu.

"Mereka yang menentang vaksin harus memahami bahayanya, dan mereka harus divaksinasi," tambahnya.

Tetapi yang lain setuju dengan anggota parlemen Jacob bahwa penggunaan istilah slang "emmerder" oleh Macron, dari "merde" (kotoran), tidak dapat diterima.

Baca Juga: Spirit Doll Semakin Populer di Indonesia, Kemenag Buka Suara: Bertentangan dengan Nilai Tauhid

"Itu menunjukkan sisi agresifnya, itu kata yang buruk, dia tidak terlalu pintar," kata warga berusia 25 tahun, Maya Belhassen.

"Itu bukan komentar yang baik dari seorang presiden," tambah penjual surat kabar Pascal Delord.

Prancis secara historis memiliki lebih banyak skeptis vaksin daripada banyak tetangganya, dan pembatasan pandemi telah memicu banyak protes jalanan.

Baca Juga: Adopsi Boneka Arwah Disebut Perilaku Menyimpang, Psikolog: Ada Unsur Tujuan Buat Konten!

Akan tetapi hampir 90 persen dari mereka yang berusia 12 sekarang telah diinokulasi, salah satu tingkat vaksinasi Covid-19 tertinggi di benua itu.

Orang-orang selama beberapa bulan harus menunjukkan bukti vaksinasi atau tes Covid-19 negatif untuk memasuki tempat-tempat seperti bioskop dan kafe dan menggunakan kereta api.

Tetapi dengan infeksi varian Delta dan Omicron yang melonjak, pemerintah memutuskan untuk membatalkan opsi tesnegatif.

Baca Juga: Wali Kota Bekasi Kena OTT Setelah Tersandung Kasus Korupsi, Ahmad Sahroni Puji Kinerja KPK

Pihak oposisi memaksa beberapa penangguhan debat parlemen tentang izin vaksin setelah wawancara itu diterbitkan.

"Saya mendukung izin vaksin tetapi saya tidak dapat mendukung teks yang tujuannya adalah untuk 'membuat marah' Prancis," kata Jacob kepada parlemen. ***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah