Pakar Matematika: Skenario Terburuk Corona di Indonesia, Setengah Populasi Terinfeksi

- 13 April 2020, 20:10 WIB
lustrasi pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni membungkusnya menggunakan plastik
lustrasi pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni membungkusnya menggunakan plastik /Antara

PIKIRAN RAKYAT - Sejak Indonesia mengonfirmasi kasus Virus Corona atau COVID-19 pada awal Maret 2020 lalu, curva kematian kasus tersebut di Tanah Air semakin tinggi.

Berdasarkan laporan terbaru yang dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari The Australian bahwa angka kematian akibat virus corona di Indonesia sudah menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Bukan hanya pada pasien, rasio kematian yang tinggi juga terjadi pada puluhan dokter di Indonesia, hal tersebut mencerminkan bahwa sistem kesehatan Indonesia tidak mampu mengatasi pandemi virus corona terlebih di tingkat kasus sebanyak Italia.

Baca Juga: Laboratorium Wuhan Teliti Kelelawar dari Gua yang Diduga Jadi Asal Virus Corona

Sebelum dilaporkan Indonesia telah kehilangan puluhan dokter pada akhir Maret 2020 lalu, The Australian mencatat tujuh kematian dokter karena virus corona, dari total 55 kematian di Indonesia pada awal bulan yang sama.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyayangkan hilangnya nyawa para dokter karena tidak memadainya Alat Perlindung Diri (APD) bagi para tenaga medis di Indonesia.

Sementara itu di Italia, dari 5.476 kasus meninggal dunia akibat virus corona, hanya 23 dokter yang meninggal.

Baca Juga: 7.000 Orang Diduga Terinfeksi Corona di Korut, Kim Jong Un Malah Gencar Tembakkan Rudal

Tak bisa dipungkiri, saat virus corona pertama kali terdeteksi di Indonesia, para pekerja medis terpaksa menggunakan jas hujan dari plastik tipis dan murah untuk melindungi diri dari virus yang mematikan itu.

Pekan ketiga Bulan Maret, Indonesia baru melakukan 3.000 tes virus corona dari total 260 juta penduduk, kasus positif virus corona saat itu masih ada di angka 700-an orang.

Peneliti di Indonesia membuat sebuah pemodelan yang menunjukkan bahwa setengah dari 267 juta jiwa di Indonesia berpeluang terpapar virus corona dalam beberapa bulan kedepan apabila Pemerintah Indonesia terus melakukan uji tes yang minim, dan tidak ada aturan "lockdown" yang ketat.

Baca Juga: Cek Fakta: Viral Video Anak Gunung Krakatau Keluarkan Magma, Simak Faktanya

Angka tersebut tentu jauh melampau prediksi Pemerintah Indonesia sendiri yang mencatat skenario terburuk kasus virus corona di Indonesia ada di angka 700.000 orang.

“Di Italia, 4.800 petugas kesehatan terinfeksi oleh virus corona tetapi di Indonesia kami tidak mampu menghadapi situasi seperti itu,” kata juru bicara Perhimpunan Dokter Indonesia, Halik Malik.

“Sistem dan sumber daya yang kami miliki, dalam hal dana, peralatan, dan sumber daya manusia, tidak dapat menangani ledakan kasus. Kami tidak akan bisa menangani skenario terburuk," tutur dia.

Baca Juga: Ambil Peluang di Tengah Pandemi Corona, Petani Milenial Ini Raup Omzet Rp 100 Juta Sebulan

Setelah sejumlah dokter gugur, Pemerintah Indonesia telah mulai mendistribusikan masker, dan APD yang didapat dari Tiongkok. Pemerintah juga menjanjikan pemberian ainsentif untuk dokter, dan perawat.

Insentif tersebut dinilai oleh Harif sebagai terobosan baru dari pemerintah, lagi pula, banyak perawat dan dokter yang diasingkan oleh warga sekitar karena dianggap sebagai sumber virus.

"Banyak perawat telah diasingkan oleh rumah kos mereka dan beberapa bahkan diusir dari kamar mereka karena orang takut mereka membawa pulang penyakit," ungkap Harif.

Baca Juga: Bukan Singapura atau Korea Selatan, Israel Jadi Negara Teraman dari Pandemi Virus Corona

Profesor Matematika terapan dari Universitas Essex, Hadi Susanto, menyarankan Indonesia melakukan lockdown untuk Ibu Kota Jakarta, demi menghindari skenario terburuk.

Jika tidak ada kebijakan yang ketat, tingkat infeksi virus corona di Indonesia bisa mencapai 50 persen dari populasi, sekitar 130 juta kasus positif dengan prediksi kematian jutaan orang sebelum Hari Raya Idul Fitri di mana masyarakat memiliki budaya mudik ke kampung halaman.

"Para peneliti biasanya menyukai perhitungan mereka yang benar tetapi dalam kasus ini kami tidak ingin pemodelan kami benar," kata Profesor Hadi kepada The Australian.

Baca Juga: BERITA BAIK, 206 Warga Jabodetabek Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

"Kami tidak ingin 1 persen dari 50 persen populasi yang terinfeksi mati," jelasnya.

Sebelum ada istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Ibu Kota Jakarta sebagai pusat penyebaran virus corona di Indonesia masih membuat aturan seperti menutup tempat hiburan, membatasi jam kantor, dan melarang adanya pertemuan massal.

Awal April lalu, Presiden Joko Widodo masih mengimbau masyarakat untuk menerapkan physical distancing atau jaga jarak satu sama lain, dan memberikan diskon listrik bagi rakyat miskin tanpa membuat kebijakan yang lebih ketat.

Baca Juga: Cek Fakta: 3.000 Pasien Corona Dikabarkan Sengaja Dibunuh Dokter di Italia, Simak Faktanya

Saat ini, Jakarta telah memberlakukan kebijakan PSBB, kendati demikian sejumlah pekerja di sektor informal seperti tukang ojek masih harus berada di luar rumah untuk mencari nafkah.***

Editor: Billy Mulya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah