Pro-Kontra Teori Konspirasi Laboratorium Wuhan sebagai Sumber Virus Corona

- 22 April 2020, 20:25 WIB
BANGUNAN Wuhan Institute of Virology yang menjadi laboratorium virus paling canggih di Tiongkok.*
BANGUNAN Wuhan Institute of Virology yang menjadi laboratorium virus paling canggih di Tiongkok.* / /AFP/Hector RETAMAL

PIKIRAN RAKYAT - Kasus Virus Corona baru jenis SASR-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di muka bumi, jumlahnya yang meningkat pesat menimbulkan banyak pertanyaan publik.

Entah tentang kapan pandemi ini akan selesai, kapan vaksin virus ini ditemukan, kapan tepatnya virus ini menyebar pertama kali, dan dari mana asal virus ini.

Perhatian semua orang terhadap asal-usul virus ini cukup besar, terlebih banyak teori konspirasi yang diciptakan terkait COVID-19.

Baca Juga: Pemerintah Tak Kunjung Datang Beri Bantuan, Seorang Nenek Nyaris Mati Kelaparan

Salah satu yang populer di masyarakat adalah sebuah laboratorium penelitian di Wuhan, Tiongkok.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari South China Morning Post, saat teori konspirasi tentang kebocoran virus dari laboratorium di Wuhan mencuat, para ahli justru mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

Namun, Amerika Serikat sangat berambisi untuk menyelidiki lebih dalam tentang klaim tersebut.

Baca Juga: Tanggapi Terhambatnya Bansos, DKR: Segera Turunkan sebelum Warga Depok Mati Kelaparan

Alasan utama Amerika Serikat melakukan penyelidikan mandiri terhadap klaim ini adalah karena lokasi laboratorium sangat dekat dengan pasar basah yang dikatakan sebagai tempat pertama virus ini ditemukan.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijiang sempat membuat klaim tidak berdasar bahwa militer Amerika Serikat lah yang membawa virus corona baru itu ke Wuhan.

Namun saat ini, Pemerintah Tiongkok mendukung upaya Amerika Serikat mencari asal usul virus tersebut, mereka mengatakan bahwa asal mula virus harus ditentukan oleh para ilmuwan.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Kabar Anies Baswedan Asyik Bermain Bola Saat Pandemi, Simak Faktanya

Institut Virologi Wuhan adalah laboratorium pertama Tiongkok dengan status BSL-4, artinya laboratorium yang ditunjuk untuk melakukan bioresearch.

Laboratorium itu dirancang untuk tetap dapat digunakan walaupun objek penelitian yang dilakukan di dalamnya bersifat mematikan dan mudah ditularkan, dikenal sebagai P4.

Menurut laporan SCMP, belum ada bukti pasti yang menghubungkan laboratorium di Wuhan dengan kemunculan COVID-19.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Nostalgia Bareng 5 Makanan Khas Ramadhan

Hal tersebut diperkuat dengan klaim dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mengatakan bahwa tidak ada bukti faktual yang menghubungkan COVID-19 dengan aktivitas penelitian di laboratorium Wuhan.

Bukan hanya itu, Organisasi Kesehatan Dunia WHO justru mengklaim sejauh ini, bukti penelitian yang ada menunjukan bahwa virus corona baru penyebab Covid-19 berasal dari binatang.

Maret lalu, Shi Zhengli, Wakil Direktur Institut Virologi Wuhan yang dikenal dengan karya ilmiahnya "Virus Corona dalam Kelelawar", mengaku khawatir jika ternyata laboratoriumnya lah yang bertanggung jawab atas pandemi ini.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, 5 Film Indonesia yang Tayang di Netflix Selama Bulan April

Namun, dia juga mengatakan degan percaya diri bahwa tidak ada genom dari virus corona jenis SARS-CoV-2 yang sesuai dengan sampel yang dimiliki laboratoriumnya.

Mereka memiliki banyak sampel genom dari kelelawar gua di Tiongkok.

Yuan Zhiming, Vice-Direktur Institut Virologi Wuhan juga mengatakan bahwa tidak mungkin virus corona berasal dari laboratoriumnya.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Rebahan Sambil Lakukan 5 Gerakan Yoga Berikut

"Kami memiliki peraturan ketat, kami memiliki kode etik untuk penelitian, jadi kami yakin akan hal itu," kata dia.

Februari lalu, tercatat ada dua peneliti asal Tiongkok yang menerbitkan sebuah laporan dengan teori bahwa virus itu bisa bocor dari laboratorium di Wuhan.

Namun, kembali lagi, sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa virus corona baru lebih memungkinkan berasal dari hewan, sebelum akhirnya menginfeksi manusia.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Hibur Diri dengan 5 Game Online ini

Institut Virologi Wuhan dikelola oleh para akademisi Tiongkok di bawah naungan Dewan Negara Beijing yang diresmikan pada tahun 2015 silam dengan dukungan dari Prancis.

Laboratorium P4 tersebut mulai beroperasi pada Januari 2018, pekerjaan di sana mencakup penelitian virus Ebola dan Nipah.

Sementara itu, laporan The Washington Post terkait asal usul virus corona dari laboratorium P4 menyoroti adanya potensi dari staf yang masih training, manajemen yang lemah, dan kegagalan keselamatan kerja lainnya, termasuk pembuatan limbah laboratorium.

Baca Juga: Jokowi Larang Warga Mudik, Wali Kota Depok Tagih Kejelasan Aturannya

"Ada dugaan umum dan spesifik tentang standar keamanan hayati yang buruk, dan praktik pembuangan hewan penelitian yang perlu dipertanyakan," kata Filippa Lentzos, seorang peneliti di biosecurity London.

Beijing membuat undang-undang baru tentang keamanan hayati pada Februari lalu. Menurut Lentzos, adanya aturan tersebut membuktikan bahwa pedoman laboratorium sangat dibutuhkan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga memiliki pengaman saat 2014 silam, mereka meneliti Ebola, antraks, dan flu burung yang mematikan.

Baca Juga: Tanggapi Keputusan Belva Devara, DPR: Orang Berkata, Ia Mundur untuk Maju Triliunan Rupiah

Jika kembali ke tahun 2004, perlu diingat bahwa WHO sempat mencatat adanya dua pelanggaran di laboratorium Institut Virologi Beijing.

Pelanggaran tersebut juga sempat dihubungkan sebagai kemungkinan penyebab dari wabah SARS.

Dari banyaknya spekulasi berbagai ahli tentang asal-muasal virus corona, Pei Yong Shi, ahli virologi dari University of Texas mengatakan bahwa virus bisa menjadi pedang bermata dua karena sering menarik teori konspirasi.

Baca Juga: Cek Fakta: Kabar Polri Akan Gelar Operasi Ketupat untuk Sambut Mudik 2020, Simak Faktanya

"Anda dapat memanipulasi virus untuk membuat vaksin, mengeluarkan unsur-unsur penyebab penyakit dari virus. Tapi manipulasi ini justru dapat memicu kebocoran yang tak disengaja, yang berujung pada kesimpulan bahwa virus ini merupakan rekayasa," ucap Pei.

"Teori konspirasi hanyalah sesuatu yang harus kita tangani," tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah