Diketahui, menurut kesepakatan kedua sekutu itu, Israel harus meminta izin Amerika Serikat sebelum menjual Iron Dome, yang mana merupakan sebuah proyek milik Israel-Amerika.
Ukraina pertama kali menunjukkan minat pada teknologi Iron Dome setelah perang di Jalur Gaza, Palestina pada tahun lalu.
Israel mengklaim sistem anti-rudal tersebut mampu mencegat hampir 90 persen dari 2.200 roket yang diluncurkan oleh Hamas dan Jihad Islam dalam konflik 11 hari pada Mei lalu.
Baca Juga: Hasil BATC 2022 Hari Kedua: Tim Putri Indonesia Menang 5-0 Atas Kazakhstan
Lebih jauh, Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina Emine Dzhaparova memperingatkan bahwa Israel akan merasakan dampak langsung atas serangan Rusia terhadap Ukraina.
"Ibarat memotong roti terakhir menjadi dua bagian, itu lah cara memahami bagaimana Israel juga akan merasakan dampaknya," ujarnya setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid di Yerusalem.
Meskipun demikian, Rusia telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk menyerang Ukraina dan menuduh negara-negara barat menyebarkan kebohongan.
Puluhan negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina, termasuk Israel.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada akhir pekan menyerukan 10.000-15.000 warga Israel di negara itu untuk pulang.***