Para penyintas menceritakan belasan orang meninggal di kapal karena kelaparan.
Baca Juga: 'Dipulangkan' Wali Kota, Kadiskominfo Depok Laporkan ke Komisi ASN
Mengetahui hal itu, PBB mendesak otoritas agar mengizinkan kapal-kapal itu mendarat, namun sentimen antipengungsi melonjak di Malaysia.
Sementara pemerintah negara-negara menyatakan perbatasan ditutup sebagai langkah untuk mencegah virus corona.
Menurut laporan Pikiranrakyat-bekasi.com sebelumnnya, Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar yang mayoritas beragama Buddha dan mereka mengeluhkan penganiayaan.
Baca Juga: DKR Kecam Wali Kota Depok, Pasien Suspect Corona Dipungut Biaya Ratusan Hingga Jutaan
Namun, Myanmar membantah menganiaya Rohingya dan mengatakan bahwa mereka bukan kelompok etnis asli tetapi merupakan pendatang dari Asia Selatan.
Lebih dari satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh Selatan.
Sementara, mayoritas telah diusir dari rumah mereka di Myanmar setelah penumpasan militer pada tahun 2017 yang dikatakan tentara sebagai respons terhadap serangan oleh pemberontak Rohingya.
Baca Juga: Perusahaan Beroperasi Selama PSBB, Wali Kota Depok: Karyawan Wajib Miliki Surat Tugas