Otoritas Lebanon Berhasil Gagalkan Penyelundupan 700.000 Pil Captagon Ilegal ke Arab Saudi

- 20 Februari 2022, 16:50 WIB
Ilustrasi bendera Lebanon.
Ilustrasi bendera Lebanon. /Pixabay

PR DEPOK - Menteri Dalam Negeri Lebanon melaporkan bawah badan keamanan negaranya berhasil menggagalkan penyelundupan 700.000 pil Captagon ilegal ke Arab Saudi.

"Upaya pencegahan penyelundupan narkoba itu merupakan sebuah pencapaian baru bagi departemen intelijen Lebanon"

"700.000 pil Captagon disita sebelum dikirim ke Arab Saudi," ujar Mendagri Lebanon seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Monitor pada Minggu, 20 Februari 2022.

Baca Juga: Bank Dunia Siapkan Dana Sebesar Rp5,02 Triliun untuk Ukraina, Janjikan Lebih Banyak Dukungan

Mawlawi selain itu juga mengatakan bahwa badan keamanan Lebanon mencegat tiga upaya lain selama operasi menyelundupkan pil Captagon ke Arab Saudi dalam satu pekan terakhir.

Diketahui, pil Captagon adalah obat yang biasa digunakan oleh para tentara di medan perang. Efek yang dimilikinya dapat melawan kelelahan.

Captagon pertama kali diproduksi pada tahun 1961 sebagai alternatif amfetamin dan metamfetamin yang digunakan pada saat itu untuk mengobati narkolepsi, kelelahan, dan gangguan perilaku disfungsi otak minimal.

Baca Juga: Anies Baswedan Kalah di Pengadilan Harus Keruk Kali Mampang, Guntur Romli: Ketok Palu Dulu, Baru Dia Kerja

Dewasa ini, selain salah satu obat rekreasi yang lebih populer di kalangan pemuda kaya di Timur Tengah, Captagon dikenal sebagai obat yang kerap digunakan ISIS untuk meningkatkan kemampuan tentara mereka. 

Lebih jauh, penyelundupan narkoba ke Arab Saudi adalah salah satu alasan yang menyebabkan ketegangan hubungan antara Lebanon dan negara Teluk utama.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Kuwait Ahmad Nasser Al-Sabah mengusulkan inisiatif untuk membangun kembali kepercayaan antara Lebanon dan Negara-negara Teluk.

Baca Juga: MUI Tuding BNPT Bikin Gaduh Usai Sebut Teroris Susupi Lembaga, Guntur Romli: Itu Fakta, kok gak Terima?

Usulan itu mencakup istilah yang terkait dengan tindakan pengetatan terhadap penyelundupan narkoba dari Lebanon ke negara-negara Teluk.

Sementara itu, Arab Saudi telah menjadi ibu kota narkoba di Timur Tengah dan tengah berjuang untuk menindak perdagangan regional dan internasional dari zat yang sangat adiktif yang populer di kalangan anak muda Kerajaan.

Pasar multi-miliar dolar dalam pil Captagon didorong oleh meningkatnya permintaan di Arab Saudi. Hal ini telah menjadi perhatian domestik yang serius dan menjadi rebutan utama dengan tetangga-tetangganya.

Baca Juga: Hotman Paris ke Menaker Soal Aturan Baru JHT: di Mana Keadilannya Bu? Itu Kan Uang Buruh

Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), antara 2015 dan 2019 lebih dari setengah pil Captagon yang disita di Timur Tengah berada di Arab Saudi.

Riyadh telah berada dalam pertempuran yang tampaknya tidak dapat dimenangkan untuk menghentikan perdagangan narkoba.

Ada tiga penggerebekan narkoba besar-besaran secara berurutan selama sebulan terakhir yang dilakukan otoritas Arab Saudi, tetapi tindakan keras itu sepertinya akan sia-sia kecuali jika menargetkan sumbernya.

Baca Juga: Separatis Pro Rusia Sebut Miliki Mata-Mata dari Ukraina hingga Ingin Merebut Wilayah di Kyiv

Maka dari itulah sebabnya perdagangan narkoba telah menjadi masalah geopolitik bagi negara-negara di Timur Tengah.

Diklaim bahwa gaya hidup Arab Saudi dan pembatasan sosial adalah penyebab utama penggunaan narkoba di kerajaan.

Faktor tersebut menjadi alasan beberapa pengamat percaya bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman membuka negaranya untuk hiburan dan pariwisata versi Barat.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah