Menurut dokumen yang disusun WHO, beberapa vaksin telah digunakan untuk penyakit sejenis seperti MERS, SARS, Influenza, Tuberkulosis, dan beberapa penyakit lain, seperti Ebola, Chikungunya, Zika, MenB, Flu A, Hepatitis C, dan H7N9.
Baca Juga: Pasien Tertua Berusia 108 Tahun di AS Berhasil Sembuh dari Virus Corona
Merujuk pada dokumen yang sama, produsen vaksin merupakan perusahaan bioteknologi dan institut yang beberapa di antaranya berasal dari Tiongkok, Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Kanada, Italia, India, Jerman, Spanyol, dan Rusia.
Sementara di Indonesia, salah satu badan usaha milik negara, PT Bio Farma, juga berupaya mengembangkan vaksin dengan bekerja sama dengan lembaga riset dalam negeri melalui konsorsium nasional Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Eikjman, serta lembaga riset luar negeri, kata Direktur Operasi PT Bio Farma, M Rahman Roestan, pada sesi seminar yang sama.
“Salah satu pendekatan untuk pengembangan vaksin COVID-19 ini yang pertama adalah mencari partner dari luar negeri untuk mendapatkan transfer teknologi,” tuturnya.
Baca Juga: PSBB Jawa Barat: Polemik Perpanjangan, Konfirmasi Penambahan Kasus hingga Peringatan dari WHO
Dia mengatakan, kini pihaknya bekerja sama dengan institut riset, salah satunya dengan CEPI (Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi) di Norwegia. Selain itu dia juga sedang mencari yang sudah siap, salah satunya manufacturer produsen vaksin di Tiongkok.***