Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, saat tiba di Lviv yang berjarak 80 km dari perbatasan Polandia, Ayoub dan teman-temannya dihentikan oleh petugas Ukraina dan mendapat tindakan rasisme.
"Mereka (petugas perbatasan) ingin warga Ukraina pergi lebih dulu (ke Polandia). Jadi orang kulit putihlah yang menjadi prioritas"
Baca Juga: Ubah Kebijakan Lama, Jerman Kirim 2.700 Rudal Anti-Pesawat ke Ukraina
"Sopir taksi juga memasang tarif yang tidak masuk akal. Tapi saya mengerti, akan selalu ada tindakan oportunis dalam situasi perang sekali pun," ujar Ayoub.
Sayangnya, setelah bersusah payah melarikan diri dan membayar mahal untuk taksi, Ayoub dan mahasiswa non kulit putih lainnya didorong mundur dan diminta menunggu saat tiba di perbatasan.
Alih-alih menunggu, akhirnya Ayoub memutuskan untuk menyeberang ke Hongaria.
Selain Ayoub, mahasiswa non kulit putih lainnya banyak yang mengalami kejadian serupa akibat perang Rusia-Ukraina.
Menurut pengakuan sejumlah mahasiswa, kebanyakan universitas di Ukraina pun tidak menawarkan bantuan apapun kepada mahasisa asing terutama non kulit putih untuk bisa meninggalkan negara tersebut.
"Tidak ada yang membantu kami untuk pergi atau mengkoordinasikan pelarian ini, kami ditinggalkan sendiri"