PR DEPOK - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat turun pada hari ini, Selasa, 29 Maret 2022.
Kondisi ini memperpanjang kerugian dari hari sebelumnya karena dua hal, pertama Ukraina dan Rusia tengah menuju pembicaraan damai meskipun penggambarannya sangat sulit.
Kedua, adanya kekhawatiran penurunan permintaan bahan bakar di China setelah pusat keuangan Shanghai ditutup untuk mengekang lonjakan kasus Covid-19.
Baca Juga: Rusia Klaim AS dan NATO Mulai Perang Total, Siap Pakai Senjata Nuklir?
Diktuip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan turun 1,07 US dollar atau 1,0 persen, pada 111,41 US dollar per barel setelah turun ke level 109,97 US dollar.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai level terendah 103,46 US Dollar pada awal perdagangan dan turun 79 sen atau 0,8 persen, pada 105,17 US Dollar.
Kedua kontrak harga acuan minyak mentah Amerika Serikat itu kehilangan sekitar 7 persen pada Senin kemarin.
Sementara itu, Ukraina dan Rusia akan bertemu di Istanbul, Turki pada Selasa, 29 Maret untuk pembicaraan damai pertama mereka.
Sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah menginvasi Ukraina telah membatasi pasokan minyak dan awal bulan ini mengirim harga ke level tertinggi selama 14 tahun.
"Harga minyak berada di bawah tekanan lagi pada ekspektasi untuk pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia yang dapat mengarah pada pelonggaran sanksi atau penghindaran minyak Rusia oleh Barat"
Baca Juga: Meski Persib Bandung Gagal Juara, Marc Klok Akui Bangga Atas Perjuangan Tim
"Gencatan senjata yang berhasil juga dapat meningkatkan prospek menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.
Mengimbangi kekhawatiran tentang pasokan yang ketat, lockdown dua tahap Shanghai selama sembilan hari diperkirakan akan menekan permintaan bahan bakar di China, importir minyak terbesar dunia.
Pusat keuangan, Shanghai, China menyumbang sekitar 4 persen dari konsumsi minyak di negaranya.
Pasar juga menunggu pertemuan yang direncanakan pada Kamis mendatang oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Kelompok itu kemungkinan akan tetap pada rencana untuk sedikit peningkatan produksi minyak mentah pada Mei.
Meskipun ada lonjakan harga karena krisis Ukraina dan seruan dari Amerika Serikat serta konsumen lain untuk memasok minyak mentah lebih banyak.***