"Kami dipukul, media dipukul, perempuan dan anak-anak dipukul," kata seorang saksi yang meminta tidak disebutkan namanya, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Channel News Asia.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air serta mengumumkan jam malam segera di Kolombo, yang kemudian diperluas untuk mencakup seluruh negara.
Sebanyak 181 orang dirawat di rumah sakit, menurut juru bicara Rumah Sakit Nasional Kolombo. Delapan terluka di tempat lain.
Pasukan anti huru hara dikerahkan untuk memperkuat polisi. Tentara sebagian besar telah dikerahkan selama krisis untuk melindungi pengiriman bahan bakar dan kebutuhan penting lainnya, tetapi tidak untuk mencegah bentrokan sebelumnya.
"Mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang menghasut dan berpartisipasi, terlepas dari kesetiaan politik," kata Presiden Rajapaksa.
"Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah saat ini," tandasnya.
Baca Juga: Atta Halilintar Tanggapi Alasan Keluarga Gen Halilintar Tak Kunjung Pulang ke Indonesia
Mahinda Rajapaksa mengajukan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri, mengatakan itu untuk membuka jalan bagi pemerintah persatuan tetapi tidak jelas apakah oposisi akan bekerja sama.
Mary Lawlor, pelapor khusus PBB, mengatakan dia telah mendengar laporan yang mengganggu tentang penindasan dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap demonstran damai yang memprotes tuduhan korupsi dan impunitas yang meluas di pemerintah.