Salah satu dukungan paling penting adalah bantuan kepada angkatan udara rezim, yang komandannya juga merupakan bagian dari delegasi di Rusia.
Rezim militer menghadapi perlawanan sengit dari kelompok bersenjata anti-kudeta yang baru dibentuk, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).
Begitu juga perlawan bersenjata etnis yang lebih mapan, yang telah berjuang untuk otonomi politik selama beberapa dekade.
Lebih jauh lagi, ASEAN, yang telah lama dikenal karena kebijakannya untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri, telah memberikan sikap dingin kepada rezim.
ASEAN menolak mengizinkan Min Aung Hlaing atau menteri luar negerinya untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi setelah rezim itu berkuasa.
Namun demikian, pertemuan kontra-terorisme ASEAN bulan ini akan diselenggarakan bersama oleh Rusia dan Myanmar dan akan dimulai di Moskow pada 20 Juli mendatang.
Australia dan Selandia Baru telah menarik diri dari pertemuan itu, tetapi Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat belum mengumumkan keputusan mereka, meskipun ketiganya memberlakukan sanksi terhadap Moskow.***