Para peneliti kemudian melakukan survei hewan domestik dan liar untuk melacak hewan inang virus Langya.
Sekelompok ilmuwan itu kemudian menemukan RNA Langya paling dominan pada tikus, mamalia kecil dengan moncong panjang dan mata kecil.
Sekitar 27 persen tikus dites positif terkena virus, menunjukkan bahwa hewan itu mungkin reservoir alami Langya. Lalu, sekitar 5 persen anjing dan 2 persen kambing juga dinyatakan positif.
Baca Juga: Cara Cek Bansos PKH Tahap 3 yang Dijadwalkan Cair Agustus 2022, Berikut Kategori Besaran Bantuannya
Penemuan Langya terjadi kurang dari tiga tahun setelah pandemi Covid-19, yang diyakini para ilmuwan juga disebabkan oleh limpahan virus dari hewan ke manusia.
Tetapi tidak seperti SARS-CoV2, virus yang menyebabkan Covid-19, para peneliti di balik studi baru ini mengatakan mereka sejauh ini tidak menemukan bukti penularan dari manusia ke manusia untuk Langya.
"Tidak ada kontak dekat atau riwayat paparan umum di antara pasien, yang menunjukkan bahwa infeksi pada populasi manusia mungkin sporadis," tulis mereka.
Para peneliti mengatakan Langya secara genetik paling dekat hubungannya dengan virus mematikan Mojiang henipa yang menginfeksi enam penambang di Cina selatan pada tahun 2012.***