Akan tetapi, dia menuturkan bahwa Mahsa Amini telah menjalani operasi tumor otak ketika dia berusia delapan tahun, dan tidak ada pukulan di kepala atau organ lainnya.
Baca Juga: Rizky Billar Resmi Ditahan usai Jadi Tersangka Kasus KDRT
Sementara itu, keluarga Mahsa Amini membantah pernyataan pihak berwenang bahwa wanita itu tidak dipukuli, dan juga mempertanyakan validitas laporan koroner.
Dikabarkan, kematian Mahsa Amina memicu protes terbesar di Iran sejak 2019 lalu, ketika langkah mengejutkan untuk menjatah bahan bakar dan menaikkan harga memicu kerusuhan.
Pekan lalu, Deputi urusan Keamanan dan Kepolisian di Kementerian Dalam Negeri Majid Mirahmadi telah memperingatkan siapa pun yang ditangkap di lokasi unjuk rasa tidak bakal dibebaskan dalam keadaan apa pun sampai saat persidangan mereka.
Baca Juga: Cara Cek BLT BBM 2022 Melalui HP atau Smartphone dengan Mudah
Sejauh ini, sudah ada puluhan orang yang telah didakwa sehubungan dengan unjuk rasa hingga timbulkan kerusuhan tersebut.
Di sisi lain, Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Kamis, 13 Oktober 2022 menuduh Amerika Serikat menggunakan kebijakan destabilisasi terhadap negaranya.
"Menyusul kegagalan Amerika Serikat dalam militerisasi dan sanksi, Washington dan sekutunya telah menggunakan kebijakan destabilisasi yang gagal," ujarnya pada pertemuan puncak di Kazakhstan.***