NATO dan Uni Eropa Kembali Bersuara Singgung Deklarasi Bersama Soroti Ukraina

- 17 Desember 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi NATO, berikut sikap tegasnya soal serangan Rusia di Ukraina.
Ilustrasi NATO, berikut sikap tegasnya soal serangan Rusia di Ukraina. /REUTERS/Yves Herman

PR DEPOK - Sembilan bulan berlalu setelah invasi Rusia ke Ukraina, hasil perang masih belum terlihat jelas.

Militer Rusia tampaknya tidak mampu merebut Kyiv atau menduduki sebagian besar negara di bawah kepemimpina Volodymyr Zelensky.

Uni Eropa dan NATO akan secara resmi mengeluarkan seruan bersama untuk Rusia agar menarik pasukannya dari Ukraina, dan menjanjikan dukungan penuh mereka kepada pihak berwenang di Kyiv.

Baca Juga: Jenderal Ukraina Ungkap Rusia Inginkan Perang yang Berkepanjangan: untuk Merebut Semua Wilayah Negara

Dokumen tersebut telah dikerjakan selama lebih dari setahun, tetapi pekerjaan terhenti di tengah ketegangan antara Siprus dan Turki.

Deklarasi itu diharapkan akan segera disampaikan, kata para diplomat, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Politico.

Surat kabar itu menggambarkan teks itu sebagai "sebagian besar biasa-biasa saja," tetapi mengatakan membuatnya resmi akan menjadi pencapaian diplomatik yang besar setelah ditunda selama berbulan-bulan: awalnya, deklarasi itu diharapkan akan ditandatangani pada KTT NATO di Madrid bulan Juni lalu.

Baca Juga: Sebut Rusia Siap untuk Serang Kyiv Kedua Kalinya, Jenderal Ukraina: Sekitar 200.000 Pasukan Baru

Pada bulan September, usai bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Presiden Komisi Eropa, Ursula Von der Leyen menulis di Twitter bahwa 'sudah tiba waktunya untuk menyetujui Deklarasi Bersama baru untuk memajukan kemitraan bersama.'

Namun, pada awal bulan ini Parlemen Eropa mengeluh bahwa “meskipun ada kerja sama yang efektif di lapangan,” “keterlambatan sangat terlihat terkait deklarasi bersama ketiga yang telah lama ditunggu-tunggu.”

Teks tersebut telah dinegosiasikan terutama antara kantor presiden Dewan Eropa, Charles Michel, Komisi dan NATO.

Baca Juga: Temukan Sel Tahanan untuk Anak-anak Usai Kherson Ditinggalkan Rusia, Ukraina: Dua Ruang Penyiksaan

Dalam draf yang hampir final, Uni Eropa dan NATO menyerukan Rusia "untuk segera menghentikan perang ini dan menarik diri dari Ukraina," dan mereka mengulangi "dukungan yang tak tergoyahkan dan berkelanjutan untuk kemerdekaannya."

Mereka juga setuju "untuk sepenuhnya mendukung hak yang melekat pada Ukraina untuk membela diri dan untuk memilih nasibnya sendiri".

Mereka mengatakan bahwa "perang brutal Rusia telah memperburuk krisis pangan dan energi yang mempengaruhi miliaran orang di seluruh dunia".

Permusuhan antara Rusia dan Ukraina ini dimulai pada 24 Februari 2022, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengarahkan pasukannya untuk meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

Baca Juga: Wanita Turki Ini Ditangkap Usai Berhasil Menyamar Jadi Dokter Selama Setahun, Begini Kronologinya

Cakupan serangan yang luas dilakukan Putin disebut sebagai "operasi militer khusus", menunjukkan bahwa tujuan mereka adalah untuk segera merebut Kyiv, mungkin menggulingkan pemerintah, dan menduduki separuh hingga dua pertiga wilayah timur negara itu.

Pasukan Ukraina hingga saat ini menikmati kesuksesan selama tiga bulan di medan perang dan terus membuat kemajuan dalam merebut kembali wilayahnya.

Vladimir Putin tampaknya masih berpegang teguh hingga saat ini pada keinginannya untuk "mendapatkan kembali" sebagian wilayah dari Ukraina, yang dianggap sebagai tanah Rusia yang bersejarah.***

Editor: Rahmi Nurfajriani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x