Ucapan Macron yang Sudutkan Islam Berbuntut Panjang, Hubungan Prancis dan Turki Semakin Memanas

- 27 Oktober 2020, 17:43 WIB
Kolase foto Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron (kanan).
Kolase foto Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron (kanan). /

PR DEPOK - Setelah pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menyudutkan Islam dikecam banyak pihak termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Dilaporkan bahwa hubungan di antara kedua negara tersebut yakni Turki dan Prancis semakin memanas.

Sebelumnya, pihak berwenang di Prancis sudah memerintahkan dilakukannya penutupan sebuah masjid di pinggiran kota Paris dan melancarkan beberapa pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok yang dituduh berkontribusi dalam radikalisasi pemuda.

Baca Juga: Besok Direncanakan Ada Aksi Unjuk Rasa Tolak UU Cipta Kerja, Polisi Siapkan Skema Pengamanan Ini

Kemudian pernyataan Macron sebelumnya ditanggapi oleh Erdogan dengan memberi tanggapan bahwa Macron sebaiknya memeriksakan mentalnya.

"Apa masalah yang dimiliki orang bernama Macron ini dengan Islam dan Muslim? sepertinya Macron perlu perawatan mental," kata Erdogan dalam pertemuan Partai AKP akhir pekan lalu, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al-Jazeera, pada Selasa 27 Oktober 2020.

Mendengar pernyataan tersebut, Macron tak terima dan menarik duta besar Paris dari Turki.

Hal itu kemudian kembali ditanggapi oleh Erdogan dengan menyerukan aksi boikot produk dari Prancis, seperti yang telah dilakukan negara-negara seperti Qatar, Kuwait dan negara lainnya.

Baca Juga: 3 Petinggi Sunda Empire Divonis 2 Tahun Penjara, Lebih Ringan dari Tuntutan JPU Kejati Jabar

"Saya mohon kepada masyarakat. Jangan memperhatikan merk produk Prancis, dan jangan membelinya," kata Erdogan dalam acara di ibu kota Turki, Antara pada Senin 27 Oktober 2020.

Tak hanya itu, sebelumnya Prancis dan Turki juga pernah berseteru dalam beberapa konflik.

Beberapa konflik tersebut seperti perihal keberpihakan Erdogan dalam perang antara Armenia dan Azerbaijan.

Dalam hal tersebut, Macron mempermasalahkan dukungan Erdogan terhadap kubu saingannya. Bahkan Macron sempat menuduh Turki mengirim pejuang Suriah untuk mendukung pasukan Azeri.

Baca Juga: PSSI dan Kemenpora Satu Suara, Kompetisi Harus Segera Bergulir Meski di Tengah Pandemi Covid-19

Lalu, konflik Mediterania Timur, pada bulan September, Erdogan memperingatkan Macron untuk tidak mengacaukan negaranya dalam kondisi kebuntuan yang terjadi antara Yunani dan Siprus.

"Jangan main-main dengan kami (orang-orang Turki). Jangan main-main dengan Turki," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan di televisi pada peringatan 40 tahun kudeta 1980.

Kemudian, konflik perang saudara Libya, Macron pada bulan Juni mengecam Erdogan dengan menyebut bahwa apa yang dilakukan Turki terkait perang di Libya sebagai permainan berbahaya.

"Saat ini saya memiliki kesempatan untuk mengatakan dengan jelas pada Presiden Erdogan, saya menganggap bahwa Turki memainkan permainan berbahaya di Libya hari ini. Hal itu tentunya bertentangan dengan semua komitmen yang dibuat pada konferensi Berlin," kata Macron.

Baca Juga: Divonis Penjara Seumur Hidup, Pengacara Heru Hidayat Sebut Kliennya Tak Puas Ingin Ajukan Banding

Pernyataan tersebut merujuk pada pertemuan puncak perdamaian dimana Turki dan beberapa aktor asing lain berjanji untuk berhenti mempersenjatai pihak yang bertikai di Libya.

Tak hanya itu, Macron juga mengatakan bahwa Prancis takkan mentolerir peran yang dimainkan Turki di Libya tersebut.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x