Kepala LRC STEI ITB Menduga Petir Menjadi Penyebab Kilang Minyak Balongan Terbakar

2 April 2021, 17:34 WIB
Tampak Tim Emergency Pertamina sedang berusaha mematikan titik api di Kilang Minyak Balongan Indramayu, Rabu 31 Maret 2021. /Instagram.com/@diskominfoindramayu

PR DEPOK - Lightning Research Center (LRC) Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) berpendapat sambaran petir bisa diduga sebagai penyebab tangki Kilang Minyak Balongan Pertamina di Indramayu, Jawa Barat (Jabar).

"Sebenarnya tangki-tangki Pertamina memenuhi standar pengamanan. Hanya saja, karena petir tropis memang sangat kuat, bisa membuat tangki berlubang," kata Kapus LRC, Reynaldo Zoro dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Jumat, 2 April 2021.

Petir tropis mempunyai kekuatan lebih besar dibandingkan petir subtropis seperti sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, dan impulse force-nya.

Baca Juga: NasDem Desak Moeldoko Mundur dari KSP, Yan Harahap: Tuh, Jangan Bebani Presiden dengan Kelakuan 'Tercelamu'

Hal ini bisa mengancurkan sebuah tangki kilang minyak dan muatan arus petir jauh lebih besar.

Ketika suatu tangki berlubang, maka ini berpotensi terbakar lantaran kebakaran terjadi akibat spark yang berasal dari petir, bahan bakar, dan oksigen.

Semula oksigen tidak terdapat dalam tangki, tapi saat tangki berlubang oksigen masuk ke benda tersebut.

Dari data kebakaran tangki minyak mengungkapkan banyak tangki ini terbakar akibat sambaran petir, seperti kilang minyak di Malaysia.

Baca Juga: Zaskia Sungkar dan Irwansyah Dikarunai Anak Pertama, Dinamai seperti Salah Seorang Sahabat Nabi

"Saking banyaknya, sampai pernah dibukukan. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai tangki kilang yang pernah terbakar akibat petir termasuk di kilang Malaysia," ujar Zoro.

Menyinggung sambaran petir dinilai BMKG bukan sebagai penyebab kilang minyak Pertamina di Balongan terbakar, ujar Zoro, pernyataan lembaga itu terlalu dini.

Apalagi, Zoro menilai lightning detector yang dipunyai BMKG dianggap kurang akurat untuk melakukan evaluasi secara rinci lantaran ini dipakai lebih banyak untuk cuaca.

Bahkan, penggunaan lightning detection harus dievaluasi ini dari dua hal yaitu local accuration dan detection efficiency.

Baca Juga: Soal Penghentian BST, Azis Syamsuddin: Jika Dihapuskan, Upayakan Bantuan dalam Bentuk Lain

"Kalau mau evaluasi, kita harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda," tutur Zoro.

Data satelit Himawari yang dinilai sangat akurat menyatakan pergerakan badai petir di Balongan terjadi pada sekitar pukul 0.00-3.00 WIB.

"Bahkan, menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 05.00 pagi dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG," ucapnya.

Dari hasil monitoring yang dilakukan BMKG dengan lighting detector menyebutkan kerapatan petir sekitar pukul 0.00-2.00 WIB berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler