Kilas Balik Kontroversi Tugu Cornelis Chastelein, Tokoh Penjajah yang Dicintai Pribumi Namun Ditentang Pemerintah Depok

1 Februari 2020, 15:49 WIB
TUGU Cornelis Chastelein, mengenang jasa sang penjajah humanis.* /Pemerintah Depok/

PIKIRAN RAKYAT - Warga Depok kiranya pernah tahu tentang keberadaan Tugu Cornelis Chastelein yang mendapat kecaman sehingga diharamkan dibangun di Depok.

Belakangan, di Depok pernah ada peristiwa menarik yang terjadi akibat perselisihan antara warga dan pemerintah kota.

Pemicunya tak lain adalah pembangunan Tugu Cornelis Chastelein yang berlokasi di Jalan Pemuda, Rumah Sakit Harapan, Depok.

Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) hingga kini tidak mengetahui pasti alasan jelas penolakan tersebut. YLCC sendiri merupakan komunitas yang terus merawat dan memperjuangkan keberadaan Tugu Cornelis tersebut.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata Akhir Pekan di Depok yang Cocok Untuk Bersantai Bersama Keluarga 

Dari berbagai sumber yang didapat, tempo dulu ada seorang Belanda bernama Chastelein yang datang ke Indonesia pada tahun 1675 untuk bekerja pada VOC. Setelah 19 tahun masa kerjanya, ia putuskan untuk penisun karena tak sepaham dengan pimpinan VOC yang baru.

Chastelein yang sudah pensiun, membeli seluas lahan di pinggiran Jakarta yang kini dikenal dengan nama Depok. Ia mempekerjakan sekitar 150 pribumi yang didatangkan dari berbagai wilayah di Nusantara.

Sebelum meninggal, Chastelein menuliskan sebuah wasiat agar lahan yang dibelinya lalu diberikan kepada para pribumi yang bekerja padanya.

Baca Juga: Tak Perlu Antre, Kini Pendaftaran Puskesmas di Depok Berbasis Online 

Terkait dengan rencana pembangunan Tugu Cornelis yang mendapat pelarangan dari pemerintah Kota Depok.

Awalnya, ide pembangunan ini dicanangkan oleh seorang pengurus YLCC, Yano Jonathans, yang akan direalisasikan pada tahun 2002.

Namun, tugu tersebut butuh waktu 12 tahun dan kemudian berdiri tahun 2014.

Setelah selesai dibangun, ternyata respon dari pemerintah Kota Depok malah melarang tugu tersebut.

Baca Juga: WNI yang Dievakuasi dari Tiongkok Terkait Virus Corona Dikumpulkan di Natuna, Masyarakat Resah 

Menurut Yano, pelarangan tersebut malah membuat pihak dari YLCC heran dan menganggap bahwa pihak yang melarang hanya mengetahui sejarah yang sepotong-sepotong dan dibawa angin.

Tugu tersebut selain untuk mengenang sosok Chastelein, bangunan itu menjadi tanda titik nol Kota Depok.

Sebetulnya tugu tersebut telah dibangun pertama kali pada 28 Juni 1914, sebagai peringatan 200 tahun meninggalnya Chastelein, akan tetapi tugu yang dibuat tahun 1912 itu dihancurkan pada tahun 1960.

Salah satu alasan pelarangan pembangunan tugu tersebut adalah anggapan Chastelein adalah penjajah bukan seorang pahlawan.

Baca Juga: Legalisasi Ganja Diwacanakan Para Peneliti, Disebut Bisa Berantas Kemiskinan 

Dari beberapa sumber, ada yang mengatakan bahwa pada saat pembangunan tugu tersebut, datang beberapa petugas dari Pemkot Depok. Alasana yang pertama kali keluar yaitu anggapan bahwa Cornelis Chastelein adalah orang Belanda yang dulu sempat menjajah Indonesia dan bukan pahlawan Indonesia.

Namun menurut keterangan dari Yano, sebagai anggota YLCC yang juga ternyata adalah anak salah satu dari 150 pribumi yang bekerja pada Chastelein dulu, mengatakan bahwa Cornelis Chastelein adalah penjajah yang humanis.

Bahkan ia dianggap sangat berjasa dalam perjuangan rakyat Depok zaman dulu.

Baca Juga: Brexit Dirayakan Warga Inggris, Indonesia Akan Terpengaruh

Salah satunya adalah membebaskan 12 keluarga pribumi yang ditugaskan untuk bekerja padanya. Tanah yang dibelinya pun dijadikan lahan perkebunan yang diberikan dan diolah oleh orang-orang pribumi yang bekerja padanya.

Kendati jasa-jasanya yang masih terpatri di ingatan warga Depok khususnya YLCC yang getol merawat sejarah tentang Cornelis Chastelein. Salah satu alasan pelarangan yang kuat adalah adanya tulisan yang dianggap sensitif tempo hari di tugu tersebut.

Tulisannya berbahasa Belanda, namun bila diartikan memiliki arti "harapan saya kelak warga Depok menjadi masyarakat kristen yang sejahtera".

Baca Juga: 243 Orang Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona, dan Tinggalkan Rumah Sakit

YLCC pun menduga, selain alasan Chastelein adalah penjajah, tulisan tersebut menjadi salah satu alasan yang kuat.

Kendati demikian, YLCC sempat mengajukan tetap meneruskan pembangunan tugu tanpa ada tulisan tersebut.

YLCC menegaskan bahwa sebetulnya pembangunan Tugu Chastelein ini bertujuan untuk mengingat sejarah Depok.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler