Dukung China 'Caplok' Taiwan, Rusia Puji Kepemimpinan Xi Jinping

- 28 Oktober 2022, 15:30 WIB
Ketegangan antara China dan Taiwan.
Ketegangan antara China dan Taiwan. /Reuters

PR DEPOK - Hubungan yang memanas antara China dan Taiwan tampaknya mengundang sorotan dari sekutu mereka, Rusia.

Pada Kamis, 27 Oktober 2022, Presiden Vladimir Putin mengklaim hubungannya dengan orang nomor satu di China, Xi Jinping sebagai 'teman dekat'.

Klaim itu dikeluarkan setelah Kepala Eksekutif Minyak Rusia Rosneft, Igor Sechin menyinggung kondisi Taiwan dan China.

Baca Juga: Catat Sejarah! Xi Jinping Kembali Amankan Tahta 3 Periode Jadi Presiden China

Ia mengatakan Taiwan akan segera kembali ke asalnya, dan memicu kekhawatiran atas dukungan Rusia pada klaim China terkait pulau itu,

Beijing memandang Taiwan sebagai sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya, tetapi pulau itu telah mengklaim kemerdekaan dari China selama beberapa dekade.

Dalam kesempatan yang sama, Igor Sechin juga memuji Kongres Partai Komunis China ke-20 baru-baru ini, yang melihat Xi menjadi pemimpin paling kuat sejak Mao Zedong dan penghapusan semua suara oposisi dari Pemerintah.

Sekarang dikhawatirkan tidak ada lagi yang tersisa di negara itu untuk mencegah potensi invasi China ke Taiwan.

Baca Juga: Kepala AL AS Sebut Ada Kemungkinan China Serang Taiwan Tahun Ini: Harus Siap Tempur

"Posisi kepemimpinan (China) sangat dihormati, yang dengan tenang dan terbuka, tanpa premis palsu, menetapkan posisinya, bahkan pada masalah yang paling sulit, seperti masalah Taiwan, yang dalam hal ini dapat dinilai agak berlebihan," ucapnya dalam forum ekonomi international.

Igor Sechin juga mengecam Amerika Serikat, karena berusaha keras untuk menghentikan pembuatan microchip canggih di China, terutama versi yang sangat penting untuk Angkatan Laut dan sistem pertahanan.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengutuk komentar tersebut, dengan alasan bahwa hanya penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

"Baik pemerintah kami, orang-orang maupun komunitas internasional tidak dapat menerima pernyataan tidak masuk akal yang berada di iring-iringan China atau merendahkan status kedaulatan Taiwan," katanya, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Express.

Baca Juga: Rumahnya Digerebek Intelijen Rusia atas Tuduhan Pemerasan, Putri Mantan Atasan Putin Disebut Melarikan Diri

Setelah perang saudara Tiongkok, Pemerintah Republik Tiongkok melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah Komunis mengambil alih kekuasaan.

Isu kedaulatan Taiwan telah mendorong irisan lebih lanjut antara AS dan China, terutama setelah kunjungan Nancy Pelosi ke Taipei pada Agustus tahun ini.

Rusia dengan tegas mendukung China dalam perselisihan tersebut, memperingatkan Presiden Joe Biden untuk menghindari campur tangan dalam urusan Beijing.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menuduh China mengganggu pemahaman puluhan tahun antara Beijing dan Washington atas meningkatnya situasi di Taiwan.

Berbicara pada hari Rabu, Blinken mengakui "status quo" antara kedua negara telah "berubah secara mendasar" setelah China "ingin mempercepat proses di mana mereka akan mengejar reunifikasi".***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah