PR DEPOK – Kelompok Gerakan Anti Radikalisme (GAR) yang anggotanya terdiri dari Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah menjadi perbincangan lantaran tuduhan radikal yang ditujukan kepada Din Syamsuddin.
Dengan munculnya GAR ITB, pengamat politik Rocky Gerung menilai situasi ini memiliki dampak yang bisa membuat pandangan publik terhadap perguruan tinggi menjadi buruk.
“Ini keadaan yang menghasilkan pesimisme kita terhadap kemajuan universitas, karena universitas justru dipakai untuk memuja kekuasaan,” kata Rocky Gerung seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Rocky Gerung pun menyayangkan ITB yang saat ini jadi perguruan tinggi pemuja kekuasaan.
Padahal, menurutnya dulu ITB adalah tempat berkumpulnya mahasiswa kritis.
“Padahal, kita tau dulu ITB itu adalah tempat mahasiswa kritis, alumni kritis untuk mengevaluasi kekuasaan. Jadi mengevaluasi, bahkan memberi kritik, bukan memuja atau menjadi benteng pertahanan rezim,” ujar Rocky Gerung.
Dia juga mengaku heran lantaran perguruan tinggi yang awalnya kritis tiba-tiba sekarang menjadi tempat para buzzer berkumpul.
“Jadi bagaimana mungkin ITB yang awalnya adalah kampus kritis tiba-tiba jadi sarang buzzer? Ini absurd,” ucap Rocky Gerung.
Kemudian, Rocky Gerung menjelaskan bahwa dia pernah mengajar di ITB sejak tahun 1980-an dan memiliki banyak kenalan.
Baca Juga: Sidang Kasus Video Mesum Miliknya Segera Digelar, Gisel Mengaku Takut Dipenjara
Saat itu, lanjutnya, keadaan di ITB masih bernuansa akademis di mana para mahasiswanya masih aktif memberikan kritik terhadap kekuasaan pemerintah.
“Saya bergaul banyak dengan teman-teman ITB dari zaman kelompok diskusi awal tahun 80-an, saya masih mengajar dosen tamu di magister manajemen ITB dan masih terlihat suasana akademis, memberi kritik,” tuturnya.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengungkapkan bahwa ITB adalah kampus radikal yang selalu mengangkat persoalan yang terjadi pada bangsa Indonesia.
“Jadi ITB dari awal memang kampus yang radikal, radikal dalam arti mempersoalkan akar-akar persoalan bangsa,” ujarnya.
Bahkan, tambah dia, dulu ada tradisi di ITB untuk belajar ilmu sosial tepatnya di awal tahun 1980-an.
Menurut Rocky Gerung, tradisi tersebut dihaidrkan supaya mahasiswa memiliki peralatan untuk mengkritik orde baru saat itu.
Baca Juga: Sinopsis Escape Plan, Aksi Pelarian dari Penjara Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger
“Jadi, kalau sekarang dia (ITB) jadi persengkokolan hanya untuk mengusir Din Syamsuddin dan Muhammadiyah itu absurd,” tutur Rocky Gerung.***