PR DEPOK – Belakangan ini, wacana soal perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode kembali mencuat.
Isu tersebut kembali ramai diperbincangkan setelah adanya pernyataan politisi Partai Ummat, Amien Rais soal skenario amandemen UUD 1945.
Skenario amandemen tersebut, menurutnya, berkaitan dengan wacana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode.
Baca Juga: Terima SMS Terakhir, Pria Ini Selami Lautan Setiap Minggu Demi Temukan Istrinya
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman dalam cuitannya diduga ikut mengomentari wacana tersebut.
Pasalnya, ia menjelaskan soal mekanisme dan logika kekuasaan yang nantinya akan berupaya untuk melanggengkan kekuasaan tersebut.
Sohibul Iman menilai bahwa meskipun suatu kekuasaan didapat secara demokratis, kekuasaan tersebut akan selalu mengundang para ‘semut’.
Baca Juga: Status Kartu Prakerja sedang Diproses? Simak Penjelasan Artinya Berikut ini
“Sekalipun suatu kekuasaan didapat scr demokratis tp kekuasaan selalu mengundang ‘semut’ dg beragam karakternya,” tulisnya di akun Twitter @msi_sohibuliman pada seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Senin, 15 Maret 2021.
Ia menjelaskan, para ‘semut’ yang dimaksud yakni para penjilat dan kelompok Asal Bapak Senang (ABS). Dengan begitu, suasana feodalisme tumbuh.
“Ada yg baik2 saja, tp banyak jg penjilat n ABS. Di situlah scr perlahan suasana feodal tumbuh,” tuturnya.
Para penjilat tersebut, menurutnya, akan menggoda penguasa dengan label demokratis dan populis sekalipun untuk menikmati feodalisme.
“Ini menggoda penguasa demokratis (n populis?) untuk menikmati feodalisme,” ucapnya.
Menurutnya, semakin lama seseorang dalam kekuasaan, maka semakin besar pula godaan untuk menikmati feodalisme tersebut.
Baca Juga: Amien Rais Sebut Bangsa Terbelah di Era Jokowi, Gus Nadir: Keliru Besar Prof...
“Makin lama dlm kekuasaan makin besar godaan untuk menikmati feodalisme,” katanya.
Selain itu, Sohibul Iman beranggapan bahwa dorongan keluarga dan ambisi pribadi juga berkontribusi dalam menguatnya budaya feodalisme.
“Bahkan dorongan keluarga n ambisi pribadi jg menguatkan kehidupan feodalisme,” ujar Sohibul Iman.
Pada titik tertentu, kata dia, suasana feodalisme tersebut akan memunculkan logika untuk berkuasa selama-lamanya.
“Pd titik tertentu suasana feodal akan memunculkan logika untuk berkuasa selamanya, jika perlu turun temurun sekian generasi,” katanya.
Tidak hanya itu, ia menyebutkan bahwa terdapat seribu alasan untuk membenarkan kelanggengan suatu kekuasaan.
Baca Juga: Amien Rais Sebut di Era Jokowi Bangsa seperti Terbelah, Ferdinand: Yang Membelah Siapa?
“Akan ada 1001 alasan untuk membenarkan kelanggengan petahana bahkan kekuasaan dinasti,” ujarnya.
Ia lantas mengungkapkan logika dan alasan paling umum yang dipegang oleh penguasa untuk menjaga kekuasaannya.
“Logika paling umum adlh ‘demi maslahat bersama’ plus ‘tdk ada yg lbh baik drpd petahana’,” tutur Sohibul Iman lagi.
Bila hal itu terjadi, jelas Sohibul Iman, maka kelak demokrasi akan mati.
“Semua itu hanya bungkus dr logika kepentingan kekuasaan petahana n kroni. Dg cara itu demokrasi mati,” katanya.***