PR DEPOK - Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Irwan Fecho, mengomentari soal keberadaan Moeldoko sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) di istana.
Dalam cuitan yang diunggah di akun Twitter pribadinya @irwan_fecho pada Senin, 29 Maret 2021, ia menilai bahwa sebenarnya istana tidak membutuhkan kehadiran Moeldoko.
Menurutnya, tindakan Moeldoko tidak membantu pemerintah, sehingga ia sudah tidak dibutuhkan lagi oleh istana.
Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik Kota Depok Senin, 29 Maret 2021, Mulai Pukul 9.30 hingga 14.30 WIB
"Pak Moeldoko sebenarnya sdh tdk dibutuhkan dalam Istana lantaran tindakannya yang justru tidak membantu pemerintah," ujarnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Lebih lanjut, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat itu berharap agar pemerintah bisa segera menjahukan Moeldoko beserta cara pikirnya dari istana.
Ia berharap, dengan keluarnya Moeldoko dari istana, keadaan perpolitikan Indonesia akan berjalan secara demokratis.
"Semoga pemerintah bisa menjauhkan Moeldoko dan pola pikirnya dr istana sehingga perpolitikan di Indonesia bisa berjalan secara demokratis," tutur Irwan Fecho menambahkan.
Untuk diketahui, sebelumnya KSP Moeldoko sempat muncul di akun Instagram miliknya @dr_moeldoko dan memberikan sejumlah pernyataan terkait dengan KLB yang digelar di Deli Serdang.
Dalam keterangan yang diberikan olehnya, Moeldoko mengatakan bahwa ia dipinang oleh kader Partai Demokrat untuk memimpin partai tersebut.
"Saya ini orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat. Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat," ujarnya.
Ia menyampaikan, ada semacam pertarungan ideologis di Partai Demokrat, sehingga tindakannya untuk memimpin partai politik tersebut bukan hanya untuk menyelamatkan partai, tetapi juga untuk menyelamatkan bangsa dan negara.
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat, jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa. Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB," tutur Moeldoko.
Tiga pertanyaan yang diajukan oleh Moeldoko adalah "Apakah KLB sesuai dengan AD/ART?", "Seberapa serius kader Partai Demokrat meminta saya memimpin partai?", serta "Bersediakah kader Partai Demokrat bekerja keras dengan integritas demi Merah Putih di atas kepentingan pribadi dan golongan".***