PR DEPOK - Tokoh Papua, Christ Wamea, turut mengomentari sejumlah kejadian yang baru-baru ini menjadi sorotan publik, termasuk soal frasa agama dan peran NU yang 'dihilangkan' dari sejarah.
Dalam keterangannya, Christ Wamea mempertanyakan soal penyebab dari semakin maraknya kejadian-kejadian seperti penistaan agama, pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia yang dihilangkan, hingga yang terbaru adalah soal hilangnya nama KH Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Indonesia.
"Frasa Agama mau dihilangkan. Pendidikan Pancasila dan bahasa Indonesia dihilangkan. Tokoh NU dihilangkan dr sejarah. Penistaan agama yg marak," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter miliknya @PutraWadapi.
Baca Juga: Hebohkan Warga Desa, Sejumlah Pemuda Menjual Semangka dengan Mobil Ferrari 488
Melihat kejadian-kejadian tersebut, ia lantas mempertanyakan akan adanya kemungkinan kebangkitan komunis.
"Apakah ini menunjukan komunis mau bangkit," tutur Christ Wamea mengakhiri cuitannya.
Sebelumnya, publik sempat dihebohkan dengan sejumlah keputusan pemerintah yang menghapus frasa agama, pendidikan Pancasila, hingga Bahasa Indonesia dari mata pelajaran wajib.
Tak sedikit yang lantas meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud untuk merevisi peraturan tersebut.
Selain soal hilangnya Pancasila dan Bahasa Indonesia, publik juga menyoroti dihilangkannya nama salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama atau NU, yakni KH Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Indonesia.
Hilangnya nama tokoh NU ini mulai menjadi sorotan usai Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Circle Gatot Prio Utomo menyampaikan protes kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim.
Dalam pernyataannya, ia mengaku kecewa dan tersinggung dengan hilangnya nama KH Hasyim Asy'ari dari daftar Kamus Sejarah Indonesia.
"Kami tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia ini. Kamus itu memuat foto Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari tetapi tidak ada entry nama beliau sehingga berpretensi menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohannya," ujarnya menjelaskan.
Gatot lantas meminta agar Kemendikbud segera melakukan revisi dan menarik Kamus Sejarah Indonesia dari peredaran.
Akan tetapi, Direktur Jenderal Kemendikbud, Himar Farid, telah menegaskan bahwa hilangnya nama KH Hasyim Asy'ari tersebut bukanlah suatu kesengajaan.
"Saya mengakui bahwa ini kesalahan. Tapi ya karena kealpaan, bukan kesengajaan. Itu poin yang mau saya tekankan," ujarnya dalam jumpa pers daring.***