PR DEPOK - Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris baru-baru ini mengeklaim bahwa keberadaan terduga teroris di sejumlah ormas Islam, partai, hingga lembaga negara, merupakan buntut perubahan strategi organisasi teror.
Direktur Deradikalisasi BNPT itu mengeklaim pola baru teroris yakni menggunakan sistem demokrasi untuk masuk dan menguasai lembaga secara formal dengan gabung ke partai dan ormas Islam.
Menurut Ifran Idris, organisasi umat yang sangat diharapkan melahirkan fatwa-fatwa atas kegelisahan umat terhadap persoalan kebangsaan juga dimasuki teroris.
Perubahan ini, kata dia, terjadi setelah pemimpin ISIS, yakni Abu Bakar Al Baghdadi menyerukan kepada simpatisan, pendukung, militan, dan kelompok inti agar tidak semuanya berangkat ke Suriah.
Kendati demikian, Irfan menegaskan bahwa BNPT tidak bermaksud menuding sejumlah lembaga yang anggotanya ditangkap Densus 88 Antiteror sebagai organisasi teroris.
Menurutnya, teroris menyusup dan tidak langsung melancarkan aksi teror, melainkan berupaya menguasai lembaga tersebut yang juga terjadi di perguruan tinggi.
Pernyataan Direktur Deradikalisasi BNPT sontak ditanggapi sejumlah kalangan. Salah satunya datang dari politisi PSI Mohamad Guntur Romli.
Dalam tanggapannya, Guntur Romli lantas melontarkan sindiran dan mengait-ngaitkan dengan Partai Ummat dan MUI yang anggotanya ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
"Maksudnya Partai Ummat dan MUI kah?" ujar Guntur Romli, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di Twitter @GunRomli pada Jumat, 18 Februari 2022.