Harga Minyak Dunia Tinggi, Pertamax, Pertalite, dan Solar Naik? Ini Penjelasan Pertamina

11 Juli 2022, 17:50 WIB
Harga minyak dunia tinggi, Pertamax, Pertalite, Solar naik. Pertamina tetap pertahankan BBM subsidi aman. /Pertamina /

PR DEPOK – PT Pertamina (Persero) baru-baru ini menyinggung terkait harga bahan bakar minyak (BBM) jenis, Pertalite, Pertamax, dan Solar.

Pertamina menjelaskan pengaruh harga minyak mentah dengan harga jual Pertalite, Pertamax, dan Solar.

Selain harga Pertalite, Pertamax, dan Solar, Pertamina juga turut menyoroti dampak harga minyak mentah dengan harga LPG.

Baca Juga: Frenkie de Jong Batal ke Manchester United, Presiden Klub Barcelona Ungkapkan Hal Ini

Berhadapan dengan tantangan harga minyak mentah dan produk yang sangat tinggi, Pertamina berupaya menjaga harga Pertalite, Pertamax, dan Solar berada di level aman yang kini dapat dikontrol melalui sistem digital. 

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menjelaskan, kenaikan harga minyak yang sangat tinggi mengakibatkan beberapa negara mengalami krisis energi.

Maka dari itu, Pertamina membuat perencanaan yang akurat dengan menyeimbangkan antara aspek ketahanan energi nasional dan kondisi korporasi.

Baca Juga: Cek Nama di cekbansos.kemensos.go.id Pakai KTP, Anda Bisa Dapat Bansos PKH dan BPNT yang Cair Juli 2022

Pertamina bukan hanya menjaga pasokan secara nasional, tetapi juga per wilayah hingga SPBU.

Pasalnya, stok yang diperlukan untuk masing-masing wilayah berbeda untuk jenis produknya.

“Kita tidak menyamaratakan jumlah untuk seluruh daerah, tetapi disesuaikan, karena ada daerah yang solarnya tinggi, ada yang Pertalite-nya tinggi, ada juga Pertamax-nya. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi SPBU,” kata Nicke seperti dikutip  Pikiranrakyat-Depok.com dari situs resmi Pertamina.

Baca Juga: Cara Daftar DTKS Kemensos 2022 Online Lewat HP agar Dapat Bansos PKH Tahap 3

Tantangan berat Pertamina atas kenaikan harga minyak mentah dunia di sektor hilir adalah harga keekonomian produk yang meningkat tajam.

Nicke menjelaskan, jika dibandingkan dengan harga keekonomian, harga jual BBM dan LPG yang ditetapkan pemerintah sangat rendah.

Solar CN-48 atau Biosolar (B30) per Juli 2022 dijual dengan harga Rp5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp18.150. Jadi untuk setiap liter Solar, pemerintah membayar subsidi Rp13.000.

Baca Juga: Cara Daftar Vaksin Booster Gratis di PRJ Kemayoran Lengkap dengan Syarat, Jadwal, hingga Lokasinya

Untuk harga jual Pertalite masih tetap Rp7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini adalah Rp17.200.

Pemerintah mensubsidi Rp 9.550 per liternya.
Harga LPG PSO Rp4.250 per kilogram, dengan harga pasar Rp15.698 per kilogram. Subsidi pemerintah Rp11.448 per kilo.

Sedangkan harga Pertamax, Pertamina mematok Rp12.500. Padahal untuk RON 92, kompetitor sudah menetapkan harga sekitar Rp17.000 karena secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp17.950.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 36 Dibuka: Akses www.prakerja.go.id untuk Akses Pendaftaran dan Tips Lolos Seleksi

“Kita masih menahan dengan harga 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara,” ujar Nicke.

Menurut Nicke, Pertamina harus menjaga kuota BBM bersubsidi agar tidak over kuota.

Pasalnya, sesuai data Kementerian Keuangan, tercatat sebanyak 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin hanya mengkonsumsi 20 persen BBM, tetapi 60 persen teratas mengkonsumsi 80 persen BBM subsidi.

Baca Juga: Berhasil Datangkan Gabriel Jesus, Arsenal Kini Mulai Dekat dengan N'Golo Kante

Maka dari itu, Pertamina tetap memastikan bahwa BBM bersubsidi dipergunakan tepat sasar.

“Untuk itu, kita pun harus memastikan ketersediaan BBM dan LPG non subsidi, sehingga masyarakat yang tidak berhak membeli BBM dan LPG subsidi, bisa dengan mudah mendapatkan BBM dan LPG non subsidi,” kata Nicke.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Pertamina

Tags

Terkini

Terpopuler