Biografi 10 Pahlawan Revolusi Indonesia yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI

25 September 2022, 17:00 WIB
Jenderal Ahmad Yani. /Dok Nasional

PR DEPOK - Berikut biografi singkat 10 Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S PKI.

Dalam peristiwa G30S PKI akibat kekejaman PKI, 10 Pahlawan Revolusi gugur demi memperjuangkan bangsa Indonesia.

Siapa sosok pahlawan yang rela memperjuangkan Indonesia saat itu?

Baca Juga: Sejarah Masuknya Paham Komunisme di Indonesia Jadi Catatan Penting Peristiwa G30S PKI

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani merupakan salah satu petinggi TNI AD (Angkatan Darat) pada masa orde lama.

Jenderal Ahmad Yani adalah pemuda asal Jawa yang lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922.

Ketika usia muda, beliau mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Baca Juga: Mengenal Peristiwa Pemberontakan G30S PKI dan Larangan Komunisme di Indonesia

Setelah mendapatkan kariernya di dunia militer, Jenderal Ahmad Yani ikut turut saat Pemberantasan PKI Mandiun tahun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.

Singkatnya pada tahun 1958, Jenderal Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI.

Beliau diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1962. Namun pada tahun 1965, Jenderal Ahmad Yani mendapatkan fitnah yang menyebutnya ingin menjatuhkan Presiden Soekarno.

Jenderal Ahmad Yani harus gugur dalam peritiwa G30S PKI pada 1 Oktober 1965.

Baca Juga: Mengenal Sosok Letkol Untung atau Dikenal Sebagai Dalang Pemberontakan G30S PKI

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

Letjen (Anumerta) Suprapto adalah salah satu pahlawan Revolusi G30S PKI. Beliau lahir di Purwokerto, pada tanggal 20 Juni 1920.

Letjen Suprapto sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung, tetapi pendidikannya harud terhenti karena pendaratan Negara Jepang di Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Letjen Suprapto sangat aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Negara Jepang di wilayah Cilacap.

Baca Juga: Pesan Menggetarkan Jenderal Nasution setelah G30S PKI: Menghadaplah sebagai Pahlawan

Kemudian dia menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan juga ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Kariernya di dunia militer sangat melejit pada masa tersebut. Tetapi ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Suprapto dengan tegas menolaknya.

Letjen Suprapto pun juga turut menjadi korban pemberontakan G30S bersama para petinggi TNI AD lainnya hingga gugur.

Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya. Sehingga kini, Letjen Suprapto pun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Baca Juga: Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI Dikabarkan Akan Tayang di 2 Channel TV Ini, Berikut Jadwalnya

3. Letjen (Anumerta) S. Parman

Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan S. Parman adalah salah satu petinggi TNI AD di masa Orde Lama.

Letjen S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918, beliau menempuh Pendidikannya lebih kepada bidang intelijen.

Beliau pernah dikirim ke Negara Jepang untuk mempelajari ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan datang, Letjen S. Parman memutuskan untuk mengabdi kepada Indonesia untuk memperkuat militer di Tanah Air.

Baca Juga: Mengenal Sosok Polisi Sukitman, Penemu Sumur Maut Lubang Buaya Sekaligus Saksi Mata Tragedi G30S PKI

Pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna bagi TNI pada masa itu. Bahkan beliau mengetahui seluk-beluk rencana-rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima.

Namun  pada 1 Oktober 1965 Letjen S. Parman diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.

Letjen S. Parman pada akhirnya harus gugur dengan gelar sebagai Pahlawan Revolusi di Indonesia.

4. Letjen (Anumerta) M.T Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan nama M. T. Haryono adalah petinggi TNI yang lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur.

Baca Juga: Pierre Tendean, Sosok Pahlawan Revolusi Tragedi G30S PKI, Ini Biografi, Kisah Cinta hingga Pengorbanannya

Sebelum beliau terjun ke dunia militer, Letjen M. T. Haryono sebenarnya pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang.

Barulah setelah datangnya kemerdekaan Indonesia, Letjen M. T. Haryono ikut serta bergabung bersama TKR dengan pangkat mayor.

Berkat kepiawaiannya dalam menguasai 3 bahasa asing (Belanda, Inggris, dan Jerman), hal tersebut rupanya sangat berguna bagi Indonesia ketika melakukan berbagai perundingan internasional.

Kemudian beliau mulai berkutat di Kementerian Pertahanan. Letjen M. T. Haryono juga sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Sosok Pierre Tendean, Sang Kapten Rendah Hati yang Jadi Pahlawan Revolusi di G30S PKI

Setelahnya, Letjen M. T. Haryono menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda di tahun 1950 dan menjabat sebagai Direktur Intendans dan Deputy Ill Menteri/Panglima Angkatan Darat pada tahun 1964.

Di tahun 1965 M. T. Haryono ikut gugur bersamaan dengan para petinggi TNI AD lain akibat pemberontakan G30S PKI.

5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan, pemuda kelahiran 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli.

Beliau termasuk salah satu pentinggi TNI, yang pada masa pendudukan Jepang dia memutuskan untuk memasuki pendidikan militer Gyugun.

Baca Juga: Cerita Ade Irma Suryani Nasution dalam Peristiwa G30S PKI, Sempat Nyanyikan Gugur Bunga sebelum Meninggal

Kemudian Mayjen D. I. Panjaitan mendapatkan tugas dan ditempatkan di Pekanbaru, Riau sampai dengan datangnya momen proklamasi kemerdekaan.

Setelah Negara Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk TKR, beliau juga memiliki karier yang sangat cemerlang di bidang militer.

Menjelang akhir hayatnya, Mayjen D. I. Panjaitan diangkat sebagai Asisten IV Menteri atau Panglima Angkatan Darat dan mendapat tugas menempuh pendidikan di Negara Amerika Serikat.

Jenderal yang berasal dari Sumatra ini pun juga harus tewas ketika terjadi pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para jenderal lainnya.

Baca Juga: Mengenang Peristiwa G30S PKI: 5 Faktor Penyebab Terjadinya Pemberontakan dan Akibatnya

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo, pemuda kelahiran 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah, yang pada masa pendudukan Jepang menempuh pendidikan di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi, Jakarta.

Kemudian Mayjen Sutoyo Siswomiharjo diangkat menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo.

Setelah momen Proklamasi Kemerdekaan Indonedia datang, beliau memutuskan untuk memasuki TKR bagian Kepolisian, yang akhirnya beliau menjadi anggota Korps Polisi Militer.

Mayjen Sutoyo Siswomiharjo juga telah diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian diangkat menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

Baca Juga: Rekomendasi Film yang Mengisahkan G30S PKI, Cocok Ditonton Jelang 30 September

Kariernya terus melejit pada masa itu. Dan pada Tahun 1961 beliau mendapatkan tugas sebagai Inspektur Kehakiman atau Oditur Jenderal Angkatan Darat.

Akan tetapi, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo berani menentang pembentukan angkatan kelima dari PKI yang menyebabkan beliau harus ikut gugur dalam peristiwa G30S PKI.

7. Brigjen (Anumerta) Katamso

Brigjen Katamso, pemuda kelahiran 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah, yang pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti pendidikan militer pada PETA di Kota Bogor.

Kemudian diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia masuk TKR yang kemudian menjadi TNI.

Baca Juga: Mengenal Peristiwa Pemberontakan G30S PKI dan Larangan Komunisme di Indonesia

Beliau terus berkiprah bersama militer Indonesia. Kemudian pada tahun 1958, Mayjen Katamso dikirim ke Sumatra Barat untuk menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus.

Kemudian beliau diangkat menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.

Mayjen Katamso juga menjadi korban keganasan G30S PKI.

Beliau harus gugur karena diculik dan dibunuh, jenazahnya ditemukan pada tanggal 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Baca Juga: Kondisi Bangsa Indonesia Usai Peristiwa G30S PKI

8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Kapten Piere Tendean, pemuda kelahiran 21 Februari 1939 di Jakarta yang mengikuti pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik tahun 1962 dan menjabat menjadi Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II atau Bukit Barisan di Medan.

Beliau juga ikut bertugas untuk menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Negara tersebut.

Tepatnya pada bulan April 1965, Kapten Pierre Tendean resmi diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S PKI ketika sedang bertugas.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Singkat Peristiwa G30S PKI

Dimana beliau rela mengaku sebagai A. H. Nasution saat sang jenderal berhasil melarikan diri.

Beliau rela mengorbankan nyawa untuk melindungi Jenderal Nasution.

9. A. I. P. II (Anumerta) K. S. Tubun

Karel Satsuit Tubun, pemuda kelahiran Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928.

Beliau Polisi yang mengikuti pendidikan Sekolah Polisi Negara di Ambon dan diangkat sebagai Agen Polisi Tingkat II juga telah mendapat tugas dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon.

Baca Juga: Profil Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S PKI, Termasuk 7 Jenderal yang Jasadnya Dibuang di Lubang Buaya

Kemudian beliau ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta.

Setelahnya, pada tahun 1955, beliau dipindahkan ke Medan Sumatra Utara dan dan pada tahun 1958 dipindahkan ke Sulawesi.

Ketika terjadinya peristiwa pemberontakan G30S PKI, beliau termasuk salah seorang korban keganasan PKI, di mana K. S. Tubun pada saat itu sedang bertugas sebagai pengawal di kediaman Dr. Y. Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution.

Satsuit Tubun sempat melawan dan terjadi pergulatan yang akhirnya K. S. Tubun ditembak hingga gugur.

Kini Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca Juga: G30S PKI, Peristiwa Kelam 7 Jenderal yang Gugur Berkat Kekejaman di Lubang Buaya

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono

Kolonel Sugiyono adalah pemuda kelahiran 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, Kolonel Sugiyono menempuh pendidikan militer di Pembela Tanah Air (PETA).

Kemudian beliau diangkat menjadi Budanco di Wonosari. Kariernya terus melejit saat berkecimpung di dunia militer, bahkan beliau sempat mengikuti beberapa penumpasan pemberontakan di Tanah Air.

Baca Juga: Penyebab hingga Dampak Pemberontakan G30S PKI bagi Perjalanan Perkembangan Bangsa Indonesia

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Kolonel Sugiyono yang baru saja kembali dari Pekalongan langsung ditangkap dan diculik di Markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI.

Beliau dibunuh di Kentungan sebelah Utara Yogyakarta yang jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Demikian biografi singkat 10 Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S PKI.***

Editor: Ahlaqul Karima

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler