Segera Berusia 1 Abad, Begini Sejarah Terbentuknya NU di Indonesia

30 Januari 2023, 12:49 WIB
Ilustrasi logo Nahdlatul Ulama (NU) - Berikut ini merupakan sejarah terbentuknya NU di Indonesia, yang sebentar lagi akan berusia 1 abad lamanya. /Unsplash.com/Mufid Majnun

PR DEPOK - Nahdlatul ulama atau yang disingkat dengan NU, sebentar lagi akan menginjak 1 abad yang jatuh pada 16 Rajab 1444 H.

Tanggal tersebut bertepatan pada tanggal 7 Februari 2023, dalam 1 abadnya NU ini apakah sudah tahu sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama di Indonesia?

Pada zaman kolonialisme kalangan pesantren dengan gigih melawan dengan membentuk organisasi pergerakan seperti Nahdlatut Wathan atau Kebangkitan Tanah Air pada tahun 1916.

Lalu, pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau yang dikenal dengan Nahdlatul Fikir atau Kebangkitan Pemikiran yang fungsinya untuk wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan para santri.

Baca Juga: Microsoft Hentikan Penjualan Lisensi Windows 10 Mulai 31 Januari 2023, Simak Cara Upgrade ke Windows 11

Kemudian, setelah itu didirikanlah Nahdlatut Tujjar atau Pergerakan Kaum Sudagar yang fungsi sebagai basisi untuk memperbaiki perekonomian para rakyat.

Dengan didirikannya Nahdlatut Tujjar maka Taswirul Afkar tampil sebagai kelompok studi yang menjadi lembaga pendidikan yang berkembang dan sehingga memiliki cabang di beberapa kota.

Akibat penjajahan dan kungkungan tradisi bangsa Indonesia mengalami keterbelakangan secara mental, dan ekonomi.

Menyadari hal tersebut orang-orang yang terpelajar berusaha memperjuangkan martabat bangsa, melalui pendidikan dan organisasi.

Baca Juga: Buntut Kecelakaan Mahasiswa UI, Polda Metro Akan Bentuk Tim Penguak Fakta

Gerakan muncul pada tahun 1908 dengan Kebangkitan Nasional, setelah kebangkita menyebar rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalan dengan bangsa lain.

Dengan begitu munculah organisasi pendidikan dan pembebasan. 

Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yaitu mazhab wahabi di Mekah dan berencana akan berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam.

Peninggalan sejarah tersebut yang sering kali di ziarahi karena dianggap bid'ah, kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modern di Indonesia.

Baca Juga: Sayangkan Terjadinya Kekerasan di Liga 1, CEO PSIS Semarang Angkat Suara

Sambutan hangat tersebut baik dari kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, dan PSS yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto.

Kalangan pesantren selama ini membela keberagaman,menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban.

Sikap yang berbeda saat kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925.

Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang disahkan keputusan tersebut.

Baca Juga: Madura FC United Mengalami Kekalahan Beruntun, Fabio Ajukan Pengunduran Diri sebagai Pelatih

Dorongan oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab dan peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka para pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri.

Nama Delegasi sendiri itu adalah Komite Hejaz yang diketuai oleh KH.Wahab Hasbullah, dengan adanya desakan dari kalangan pesantren yang dihimpun dalam Komite Hejaz dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia.

Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya hingga akhirnya saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing.

Peran Internasional di kalangan pesantren pertama telah berhasil memperjuangkan kebebasn bermadzhab dan menyelamatkan peninggalan sejarah peradaban yang berharga.

Baca Juga: Intip Sejarah yang Terjadi pada 30 Januari, dari Tragedi Pembunuhan Mahatma Gandhi hingga Pengangkatan Hitler

Komite organisasi dan beberapa organisasi bersifat embrional dan ad hoc, setelah dirasa membentuk organisasi yang lebih sistematis dan mengantisipasi zaman maka berkoordinasi dengan beberapa kiai.

Dengan begitu muncullah kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926.

Organisasi ini dipimpin oleh KH.Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar, prinsip dasar organisasi ini KH.Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar).

Merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, kedua kitab itu adalah diejawantahkan dalam Khittah NU yang dijadikan dasar rujukan warga NU dalam berpikir, bertindak dalam bidang sosial serta keagamaan dan politik. ***

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler