Peringati Hari Tani Nasional, Peneliti: Posisi Petani Sepatutnya Diuntungkan, Bukan Malah Rugi

24 September 2020, 15:07 WIB
Ilustrasi petani.* /Pikiran-Rakyat.com/Aris MF/

PR DEPOK – Hari Tani Nasional diperingati setiap tanggal 24 September atau jatuh tepat di hari ini. Dalam rangka peringatan tersebut, seorang peneliti turut angkat bicara mengenai kesejahteraan petani.

Adapun yang turut mengungkapkan pendapatnya di Hari Tani Nasional tahun ini adalah peneliti dari Center Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh.

Menurutnya posisi petani sebagai penghasil komoditas utama bahan pangan Indonesia yakni beras masih dalam posisi yang cenderung dirugikan memperhatikan proses rantai distribusi beras yang panjang.

Baca Juga: Tersesat di Hutan Malaysia Selama 6 Hari, TKI Asal Makassar Ditemukan dalam Keadaan Lemas

Padahal, menurut Galuh, sejatinya petani harus menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dalam produksi komoditas.

“Posisi petani di dalam rantai pasok tidak menguntungkan, padahal petani adalah penghasil komoditas. Dengan panjangnya rantai pasok distribusi beras hingga ke konsumen, sudah sepatutnya petani mendapatkan posisi yang lebih baik dan mendapatkan keuntungan dari harga jual beras di tingkat konsumen,” katanya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Di samping itu, peneliti tersebut menyampaikan penyebab petani tidak bisa mendapatkan keuntungan karena tidak memiliki wewenang dalam menentukan harga Gabah Kering Panen (GKP) dan harga Gabah Kering Giling (GKG).

Dengan begitu petani hanya sebagai price taker bukan price maker atau sangat bergantung pada keadaan pasar.

Baca Juga: Jam Iklim Prediksi Usia Bumi Tinggal 7 Tahun Lagi, NASA: Akan Ada Gelombang Panas Ekstrem

Hal itu sangat ironis memperhatikan harga jual beras yang terbilang mahal namun tidak dapat dirasakan langsung oleh petani.

Untuk produksi beras dalam negeri saja keuntungan terbesar dirasakan oleh tengkulak, penggilingan padi hingga pedagang grosir.

Di samping itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan 27,2 juta rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan, dari data itu sebanyak 15,8 juta tergolong rumah tangga petani gurem atau rumah tangga tani dengan lahan kurang dari 0,50 hektare.

Dari semuanya dapat digambarkan jelas pada Hari Tani Nasional kali ini, kesejahteraan petani di Indonesia masih jauh padahal petani adalah sebagai tulang punggung sektor pertanian.

Baca Juga: Panic Buying Akibat Wacana Lockdown, Warga Inggris Borong Tissue Toilet

Sementara itu, Hari Tani Nasional 2020 kali ini berlangsung saat pandemi Covid-19. Pada kondisi pandemi, hasil penjualan komoditas di pasar cenderung berkurang dari sebelumnya.

Hal tersebut diakibatkan berkurangnya daya beli masyarakat pada saat pandemi karena berkurangnya pendapatan sejak pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Pandemi Covid-19 menyebabkan hasil panen belum terserap secara maksimal di pasaran. Tidak terserap dengan baiknya komoditas pangan hasil panen ini juga dapat disebabkan karena berkurangnya pendapatan masyarakat ataupun adanya PSBB yang ditetapkan oleh pemerintah,” ucap Galuh.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler